4/14/2013

Perjalanan Mengenal Masjid hingga Mencintainya (part 1)



Masjid, tempat yang satu ini memang tidak bisa dipisahkan dari umat islam dan tak pelak menjadi identitas tersendiri bagi umat islam. Kehadirannya selain sebagai pemersatu umat juga dapat difungsikan sebagai tempat pembentukan masyarakat islami. Bisa dalam membangun ekoniomi ummat, pendidikan, militer dan banyak lagi, demikianlah yang dilakukan di zaman Rasulullah dan para sahabat dahulu, sangat strategis fungsnya.
Lihat saja, ketika awal Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, apa yang pertama kali dibangunnya? Masjid! Ketika Sunan Ampel hendak menyebarkan islam di tanah Jawa, apa yang pertama kali di bangunnya? Masjid! Begitu pula yang kita lihat di pusat-pusat kota atau daerah sekitar alun-alun tak jarang kita temui masjid agung yang didirikan disana. Hal ini mengindikasikan peran masjid yang begitu penting dalam pembentukan peradaban ummat.
Sebenarnya, untuk saat ini saya ingin membagi pengalaman saya, bagaimana bisa membiasakan diri untuk sholat berjamaah di masjid.  Lagi-lagi saya berdo’a semoga ini bukan riya’ melainkan contoh yang baik(sunnatan hasanatan) bagi teman-teman semuanya. Peran masjid memang sedemikian pentingnya bagi ummat Islam. Tetapi bagaimana hendak membangun peradaban dari masjid bila kita umat islam sendiri jarang ke masjid? Bahkan untuk sholat berjamaah di masjid saja tak pernah! Lalu kapan hendak terbangun peradaban islam dengan segala kemajuannya?
Awalnya saya dikejutkan dengan satu buku di perpustakaan musholla Baitul Hikmah SMA N 1 Blora yang berjudulkan “Mengapa harus Sholat Berjamaah?”. Dari judulnya langsung tertarik, heran, memangnya sholat harus berjamaah ya? Karena sepengetahuan saya selama ini sholat berjamaah hanya sebatas sunnah. Sepengetahan saya dulu hanya bila sholat berjamaah mendapat pahala 27 derajat sedang bila sholat sendirian mendapat pahala satu. Itulah mengapa saya merasa tenang-tenang saja dengan sholat sendirian/munfarid.
Dalam buku tersebut diuraikan dalil-dalil yang jelas sekali menunjukkan pentingnya sholat berjamaah di masjid(bagi yang ikhwan tentunya). Mulai dari keutamaannya, hingga peringatan dari Rasulullah SAW bagi siapa saja yang meninggalkannya. Juga dipaparkan bagaimana pandanagan imam madzhab mengenai sholat berjamaah di Masjid. Sedangkan dalam iuraiannya Imam Syafi’i sendiri meski tak mewajibkannya namun sangat menentang siapapun dari pengikutnya untuk meninggalkan sholat berjamaah di masjid kecuali bagi yang ada udzur.
Banyak sekali dalil-dalil keutamaan sholat berjamaah yang baru saya ketahui setelah membaca buku ini. Sebelumnya yang saya tahu hanya dalil tadi, sholat berjamaah dibanding biasa pahalanya 27 kali lipat! Ternyata masih banyak yang lainnya, mulai dari naungan Allah, disaksikan malaikat, bahkan hingga langkah kaki pun dihitung. “Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim no. 1553)
Namun beginilah manusia, ketika diiming-imingi dengan sesuatu yang belum kelihatan tidak langsung tertarik untuk mengerjakannya. Hingga setelah tahu dalil-dalil yang menunjukkan ancaman bagi yang meninggalkannya baru saya benar-benar “nekat” untuk mulai sholat berjamaah di masjid. Seperti hadist dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata : Kalau begitu penuhilah (hadirilah)! . Bayangkan seorang buta saja yang tidak memiliki penunjuk jalan masih diminta untuk datang saat mendengar adzan lalu bagaimana dengan kita yang masih sehat ini? Juga mengenai tanda-tanda nifaq.Shalat yang dirasakakan berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan subuh. Seandainya tahu pahala yang terdapat pada sholat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR Bukhari Muslim) Lihat disini, untuk sholat subuh dan isya’ yang memang pada dasarnya berat karena kondisinya malam hari dan tepat saat bangun mereka yang meninggalkan dikategorikan, afwan munafik. Lalu bagaimana bila meninggalkan sholat2 berjamaah lain yang idealnya lebih ringan dijalankan dari kedua sholat tadi?Wallohua'lam
Semenjak itu saya memberanikan diri untuk memulai sholat di masjid. Memang awalnya malu, malu dilihat orang lain, malu dilihat tetangga malu sama orang tu kok tiba-tiba anaknya jadi sering ke masjid. Tapi semua rasa malu itu terkalahkan dengan rasa takut tergolong orang fasiq karena tidak mengamalkan ilmu yang sudah di dapat dari buku tadi. Mulai dari maghrib, yang semula tak pernah ke masjid lagi, lalu Shubuh yang semula berat bangun, setelah tahu ancaman bagi yang meninggalkannya saya paksakan diri untuk bangun lebih awal dari biasanya dan Alhamdulillah saat itu bapak juga ke masjid jadi tak terlalu malu. Justru saat dzuhur dan ashar terkadang malu sekali, karena di tempatku jarang ada orang yang dzuhur dan ashar ke masjid. Tapi mengingat kata-kata dalam buku itu sekali lagi saya tahan rasa malu ini.
Perlahan-lahan, dari hari ke hari saya coba istiqomahkan 5 waktu di masjid. Memang awalnya berat, namun saat itulah muncul kenikmatan tersendiri yang luar biasa besarnya.Entah bagaimana setelah membiasakan ke masjid, saya mendaapat hikmah yang begitu besarnya, dan merasakan kenikmatan yang luar biasa tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya sampai menyesali selama ni tidak pernah sholat di masjid.
Dari setiap langah, saat hendak menuju masjid hanya Allah yang diingat. Saat itu kita tinggalkan rumah dan segala kesibukan untuk berjalan menuju masjid dan memenuhi panggilanNya. Rasanya seperti waktu berhenti berputar dan diingatkan kembali mengenai kematian yang hakikatnya kita juga meninggalkan segala kekayaan dan sanak keluarga untuk menghadap sang Pencipta. Allohu Akbar! Kita diingatkan, segala kesibukan dunia ini sebenarnya bukanlah tujuan awal dari penciptaan kita. Kita sadar tidak sepantasnya kesibukan dunia melalaikan kita dari memenuhi panggilanNya (adzan) karena pada dasarnya tujuan hidup kita di dunia hanya untuk beribadah kepadaNya. Maka bagaimana mungkin kita justru sibuk pada urusan dunia di saat datang panggilan dariNya?
Saya sadar betapa harta dan keluarga itu hanya titipan, seperti harta dan keluarga yang kita tinggal ke masjid, seperti itu pulalah akan kita tinggalkan semua kenikmatan dunia di saat kematian nanti. Maka nikmat yang sesungguhny adalah ketika kita bisa berpaling kepadaNya, semakin mendekat kepadaNya, dan bisa meraih keridhoanNya. Saat itu saya merasa sangat kecil, Maha Besarlah Tuhanku! Saya bersyukur diberi kesempatan untuk mengenal masjid dan diistiiqomahkan berjamaah di dalamnya.
Saya bingung. Ya, bingung harus seperti apa mengungkapkan apa yang saya rasakan. Hanya dengan mengalaminya sendirilah engkau bisa mengetahui dengan pasti bagaimana nikmatnya sholat berjamaah di masjid tepat waktu. Di saat kita memenangkan urusan Alloh di atas segala urusan. Di saat kita meninggalkan segala kesibukan untuk Sang Pemberi Kehidupan. Di saat kita berjalan dan hanya Alloh yang dijadikan tujuan!! Ahh.. Betapa nikmatnya.. Andai saja setiap ikhwan bisa merasakan apa yang saya rasakan..
Bersambung insyaAllah..

No comments:

Post a Comment