4/07/2013

Pengalaman Menarik dari Launching FLP



Tepat Sabtu 6 April 2013 kemarin diselenggarakan launcing FLP (Forum Lingkar Pena) cabang Yogyakarta di gedung teatrikal pusat bahasa UIN. Pagi itu saya yang hendak menghadiri syuro MO KMT melihat pamfletnya di mading mustek. Langsung tertatik, namun karena ada kewajiban syuro saya ikut syuro dulu sampai puul 10.00 WIB. Pagi itu kita memabahas penerbitan buletin grafika. Ada banyak masalah memang, mulai dari tulisan yang batas maksimum. Juga yang tidak kalah penting masalah sponsor dan dana yang masih kurang. Akhirnya diputuskan kita akan mencari sponsor lagi dan deadline penerbiatannya 19 April nanti.
Setelah syuro saya langsung menuju UIN Sunan Kalijaga, seelumnya sempat mengajak teman dari MO yang ikut syuro tetapi karena tidak mau saya putuskan untuk berangkat sendiri. Sampai disana ketemu mas Wimas, alumni MO juga yang saat ini menjadi pemandu saya di halaqah lembaga KMT. Langsung disambut baik dan mengisi daftar hadir serta memgambil formulir pendaftaran.Telat banget memang, tapi nekat saja aku tetap datang danmengikuti acara yang sudah sampai di pertengahannya.
Sat itu mas Sholli selaku ketua FLP dan juga mantan mas’ul KMT yang sedang berbicara, menjelaskan mengenai FLP itu sendiri. FLP bukan hanya kumpulan penulis yang sudah menerbitkan karya-karyanya namun juga menjadi wadah bagi mereka yang mau aktif menulis dan berproses untuk menjadi seorang penulis handal.  Bergabungnya seseorang ke FLP bukanlah jaminan untuk bisa menajdi seorang penulis buku best seller, tergantung orangnya sendiri namun yang jelas setiap penulis membutuhkan komunitas begitu yang saya tangkap dari pidatonya.
Setelah selesai dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai FLP maupun oprec kali ini, tibalah saatnya untuk mengikuti workshop dari bapak Kun Geia salah satu alumni FLP yang telah banyak berpengalaman dalam dunia kepenulisan. Beliau meski awalnya datang tidak sebagai pembicara namun saat diminta mengisi tetap bisa memeriahkan acara pagi itu. Kami ditawari untuk sekedar mendengar atau praktek langsung. Dan kami pun di’paksa’ secara halus untuk mengikuti pilihan kedua yakni praktek langsung.
Sebelumnya kami diberi beberapa teori singkat bagaimana agar memaksimalkan potensi menulis. Mulai dari mengenali diri sendiri, menentukan topik dan membuat mind mapping itu satu tips dari beliau. Tidak kalah pentingnya adalah sedekah, termasuk sedekah ilmu. Artiya semua tips dan trik menulis yang didapakannya hendaknya disebarkan agar semakin bertambah ilmunya.
Beliau juga memaparkan rahasia bagaimana beliau menulis skripsi hanya dalam dua minggu. Salah satu caranya adalah denan menulis terus tanpa berhenti dengan mata tertutup. Jangan pedulikan kesalahan, kesalahan kita koreksi nanti. Yang menyebabkan pembuatan tulisan menjadi lama adalaah saat kita menulis dan pikiran kita juga kita curahkan untuk mengoreksi tulisan tersebut. Bila dua hal tadi kita lakukan bersamaan tentunya akan menghambat dan mengurangi kecepatan menulis.
Ketika ditanya apa tujuan beliau menulis, beliau menjawab pertama agar menjadi orang paling terkenal, kedua agar menjadi orang yang kaya raya, dan ketiga menjadi orang yang digandrungi wanita. Kok seperti itu ya?? Lalu beliau jelaskan satu persatu maksudnya. Menjadi orang paling terkenal, karena bila dikenal maka orang akan makin banyak orang yang bisa ia pengaruhi (dalam hal kebaikan tentunya). Hingga bila seseorang telah berubah dan berbuat baik asbab karya beliau tentunya itu bisa memberatkan timbangan beliau di yaumil hisab nanti.
Apa yang membedakan R.A. Kartini dan Dewi Sartika? Kita hafal tanggal lahir R.A. Kartini dan tidak mengetahu hari lahir Dewi Sartika padahal keduanya sama-sama pejuang di masanya. Apa yang membedakan? Salah satunya karena menulis! R.A. Kartini menulis sedang Dewi Sartika tidak. Itulah ajaibanya menuis, seorang masih bisa dikenang dan mempengaruhi orang-orang lainnya meskipun ia telah tutup usia karena tulisan-tulisannya masih bisa dibaca berbagai kalangan dari masa ke masa.
Menjadi kaya raya agar bisa menghajikan keua orang tuanya, belau pernah suatu ketika karena mengejar hadiah mengikuti perlombaan pembuatan novel dan beliau bersungguh-sungguh mengejar hadiahnya agar bisa menghajikan orangtuanya. Namun sayangnya, beliau dapat peringkat empat, padahal yang dapat hadiah sampai peringkat tiga saja. Mungkin ini teguran dariNya agar meluruskan niat dalam menulis. Digandrungi wanita, maksudnya adalah di akhirat nanti mendapatkan banyak bidadari  yang menemaninya.
Kami pun mulai memraktekkan apa yang sudah dijelaskan tadi. Kami diminta menulis mengenai tema yang terserah kami sendiri dan diberi waktu tiga menit untuk menulis secara cepat, terus menerus dan mata tertutup. Susah memang, tapi seperti yang beliau katakan jangan pedulikan kesalahan, ada waktu sendiri untuk mengedit nantinya. Kami pun terus menulis, dan bila sewaktu-waktu kehabisan ide beliau menyuruh menulis saja apa yang di pikiran kita seperti “Bingung, kehabisan ide,” dan sebagainya yang penting tak berhenti menulis.
Waktu habis, dan diberikan kesempatan bagi peserta workshop yang mau membacakan hasil tulisannya. Maka seorang peserta ikhwan memberanikan diri membacakan tulisannya. Beliau ternyata telah menerbitkan tiga buah novel. Dan tulisan ini adalah spoiler atau bocorannya untuk novel yang segera diterbitkannya. Bertemakan revolusi di Mesir seisi ruangan dibuat merinding dengan apa yang dituliskannya dalam tiga menti tadi. Wow, keren! Dalam waktu sesingkat itu bisa menulis sebaik itu? Tak heran beliau sudah berpengalaman menulis novel.
Lalu disusul satu peserta akhwat yang membacakan tulisannya. Meski tak sebagus sebelumnya, keberaniannya untuk mecoba patut diacungi jempol. Lumayan lah bagi pemula! Bila dalam tiga menit dapat menulis satu halaman maka dalam setengah jam saja kita mampu menulis dua puluh halaman bila dengan mata tertutup. Begitulah ajaibnya trik yang diajarkan tadi.
Sunggguh menyenang kan bisa mendapat ilmu dan tips trik menulis dari launching FLP pagi itu. Seusai acara, saya langsung membulatkan tekad untuk mendaftar dan mengisi formulir yang disediakan. Yah, memang saya belum punya tulisan seperti yang lainya, tetapi justru karena itulah saya perlu berteman dengan  orang-orang lain yang sudah lebih advance dari saya agar saya bisa terus berkembang dan bis mewujudkan impian untuk menjadi penulis buku islami best seller. Semoga ini menjadi awal yang baik dari karir kepenulisan saya. Aaamiin.
Sigit Arif Anggoro
Teknik Fisika UGM ‘12

No comments:

Post a Comment