7/08/2014

Mengambil Hikmah dari Perjalanan Ziarah PP Al Barokah 1435H


Alhamdulillah atas kuasa-Nya Jumat-Minggu, 20-22 Juni 2014 kemarin kami bersama keluarga besar PP. Al Barokah diberikan kesempatan untuk bisa ziarah wali ke daerah Jawa Barat. Ada empat tempat yang menjadi tujuan kami, yakni di Garut, mengunjungi komplek pemakaman Godog Syekh Sunan Rohmat Suci Atau yang lebih dikenang Raden Kian Santang putra Prabu Siliwangi, di Panjalu kita menziarahi makam Prabu Sanghyang Borosngora (H.Abdul Iman), sebagai raja muslim pertama di kerajaan panjalu. Juga tidak lupa kami kunjungi makam Sunan Gunungdjati, di Cirebon dan terakhir di Pekalongan di tempat Habib Ahmad bin Thalib.

Bertepatan dengan agenda ziarah ini ada berbagai acara yang terselenggara bersamaan dan terpaksa harus saya tinggalkan.  Seperti tangal 20-21 ada mabit ADK(Aktivis Dakwah Kampus) se UGM, aksi gowes tarhib Ramadhan bersama LDF/LDK se UGM, serta pada tanggal 22 ada ujian kenaikan tingkat di perguruan silat PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate).

Sebenarnya agak berat hati, untuk meninggalkan teman-teman PH KMT (Keluarga Muslim Teknik) lain pada momen mabit dan tarhib Ramadhan ini yang sebenarnya cukup langka bisa terselenggara bersama-sama LDF lain se UGM. Pun begitu pula tidak enak hati meninggalkan sedulur saya yang sedang menempuh ujian kenaikan tingkat. Namun mau bagaimana lagi, pilihan telah saya tentukan. Ada berbagai pertimbangan tentunya. Di samping karena ini juga program dari pondok yang hanya ada setahun sekali dan agak diwajibkan dari pihak pondok. Juga karena saya yang tidak ingin kehiilangan momen lagi mengingat tahun lalu saya sudah tidak ikut, karena memilih untuk pulang dan belaajr mempersiapkan UAS.

Sebenarnya tahun ini pun, pelaksanaan ziaroh masih dalam minggu-minggu UAS, namun karena dari jadwal, UAS saya selanjutnya masih agak lama (mulai hari Kamis), saya jadi lebih yakin untuk ikut ziaroh tahun ini. Lagi pula keluarga di rumah saat itu juga sedang berkunjung ke tempat kakak sya, di Padang hingga 2 Juli nanti, untuk berlibur serta menengok anak kedua yang lahir beberapa hari sebelum ini dengan selmaat.

Selain itu, saya juga bermaksud merefresh kembali semangat dan pikiran setelah sebelumnya terkuras untuk memikirkan berbagai kegiatan, dari perkuliahan, organisasi, pondok, hingga latiahan.
 Harapannya dengan mengunjungi makam para wali-Nya, dapat tercharge kembali semangat untuk menuntut ilmu, berkontribusi aktif bagi agama, bangsa dan negara serta turut berjuang menegakkan kalimat-Nya di bumi ini. Juga di sisi lain ingin mempelajari lebih jauh sejarah penyebaran agama islam di nusantara yang diantaranya di daerah Jawa Barat.

Untuk yang masih menganggap perjalanan ziarah semacam ini tidak pernah ada tuntunannya dalam syariat berikut akan sedikit kami kutipkan tulisan dari www.as-salafiyyah.com (situs milik Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi) dalil kebolehannya, dan bahkan contoh-contoh dari Rasulullah sendiri dalam ziarah kubur.

A. Pengertian
Secara bahasa ziarah artinya berkunjung. Secara istilah adalah mengunjungi makam orang yang sudah meninggal untuk mendo’akannya, bertabaruk, I’tibar ataupun mengingat untuk mengingat. Hari akhirat.
Amalan-amalan yang telah dilakukan saat ziarah berbeda-beda yang umum dilakukan yaitu membaca Al-Qur’an, tahlil, solawat dan berdo’a kepada Alloh semata.

B. Dalil-dalil ziarah kubur
Diantara dalil-dalil Sya’i tentang disunahkannya ziarah adalah sebagaimana hadist-hadist berikut. 

عَنْ بَرِيْدَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِىْ زِيَارَةِ قَبْرِ اُمَّةِ فَزُوْرُوْهَا فَاِنَّهَا تُذَكِّرُ اْلآخِرَةِ.(رواه الترمذي.٩٧٠)

“Dari Buraidah, ia berkata Rosululloh SAW bersabda “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad teah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat.

Disebut dalam kitab Kasyf As-Syubuhat, hlm 39 :

عَنْ هِشَامِ بْنِ سَاِلمِ قَالَ: عَاشَتْ فَاطِمَةَ بَعْدَ اَبِيْهَا خَمْسَةَ وَسَبْعِيْنَ يَوْمًا لمَ ْتُرَى-كََاشِرَةٌ وَلَا صَاحِكَةٌ تَأْتِى قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ فِىْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّتَيْنِ اْلاِثْنَيْنِ وَاْلخَمِيْسِ فَتَقُوْلُوْهَا هُنَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ.

Hadist dari Hisyam bin Salim:setelah 75 hari ayahnya ( Nabi Muhammad ) meninggal, Fathimah tidak lagi murung,ia selalu ziarah ke makam para Syuhada dua hari dalam seminggu, yakni setiap Senin dan Kamis, sambil berucap: disini makam Rosululloh.

Dalam Kasyf as-Syubuhat, hlm 39 disebutkan dalam hadist sebagai berikut :

وَرَوَى اَيْضًا الِتْرِمذِي وَالْحَاكِمُ فِي نَوَادِرِ اْلاُصُوْلِ مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اْلغَفُوْرُِ بْنِ عَبْدِ اْلعَزِيْزِ عَنْ اَبِيْهِ مِنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَعَرَّضَ عَلَى اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى اْلاَبَاءِ وَاْلاُمَّهَاتِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ فَيَفْرَحُوْنَ بِحَسَانَتِهِمْ وَتُزْدَادُ وُجُوْهُهُمْ بَيَاضًا وَاَشْرَافًا. 

Sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi dan Hakim dalam kitab Nawadir al-Ushul, hadist dari Abdul Ghafur bin Abdul Aziz, dari ayahnya, dari kakaknya, dia mengatakan bahwa Rosululloh bersabda: Bahwa amal manusia itu dilaporkan kepada Alloh setiap hari Senin dan Kamis, lalu diberitahukan kepada para Nabi, kepada bapak-bapak, ibu-ibu mereka yang lebih dulu meninggal pada hari Jum’at. Mereka gembira bila melihat amal-amal baiknya, sehingga tampak wajahnya bersinar putih berseri.

Dalam kitab Kasyf as-Syubuhat as-Syaikh Mahmud Hasan Rabi hlm. 129 diterangkan tentang ziarah dan amalan-amalannya:

(قَالَ النَّوَاوِيُّ) فِىْ شَرْحِ اْلمُهَذَّبِى يُسْتَحَبُّ يَعْنِى لِزَائِرِ اْلاَمْوَاتِ اَنْ يَقْرَأَ مِنَ اْلقُرْآنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوْ لَهُمْ عُْبَاهَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّفِعِيُّ وَالتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَاب

Dalam Syarh al-Muhadzdzab imam an-Nawawi berkata adalah disunahkan bagi seorang yang berziarah kepada orang mati agar membaca alat-alat Al’quran sekadarnya dan berdo’a untuknya. Keterangan ini diambil dari teks imam Syafi’I dan disepakati oleh para ulama yang lainnya.
Dalam kitab Nahjal al-Balaghah, hlm. 394-396 disebutkan sebuah hadist Nabi :

وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ قُبُوْرَ شُهَدَاءِ أُحُدٍ وَقُبُوْرَ اَهْلِ اْلبَقِيْعِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ وَيَدْعُوْ لَهُمْ بِمَا تَقَدَّمَ ( رواه مسلم واحمد وابن ماجه.)

Rosululloh berziarah ke makam Syuhada ( orang-orang mati sahid ) dalam perang uhud dan makam keluarga Baqi’ dia mengucapkan salam dan mendo’akan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan (HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).

Disebutkan dalam kitab I’anat at-Thalibin juz II hlm.142:

فَقَدْ رَوَى اْلحَاكِمُ عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ زَارَ قَبْرَ اَبَوَيْهِ اوَ ْاَحَدَهُمَا فِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً غَفَّرَ اللهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدَيْهِ.

Hadist riwayat hakim dari Abu Hurairah Rosululloh bersabda: Siapa ziarah kemakam orang tuanya setiap hari Jum’at, Alloh pasti akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatatnya sebagai bukti baktinya kepada orang tua.

Kemudian kaitannya dengan hadist Nabi SAW yang secara tegas menyatakan perempuan berziarah kubur:

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ زَوَّارَاتِ اْلقُبُوْرِ (رواه احمد ٨٠٩٥ )

“Dari Abu Hurairah R.A bahwa sesungguhnya Rosululloh SAW melaknat wanita yang berziarah kubur.” (HR. Ahmad :8095 )

Menyikapi hadist ini ulama menyatakan bahwa larangan itu telah dicabut menjadi sebuah kebolehan berziarah baik bagi laki-laki dan perempuan. Imam al-Tirmidzi menyebutkan dalam kitab as-Sunan: Sebagian ahli ilmu mengaatakan bahwa hadist itu diucapkan sebelum Nabi SAW membolehkan untuk melakukan ziarah kubur. Setelah Rosulullos SAW membolehkannya laki-laki dan perempuan tercakup dalam kebolehan itu.” ( Sunan at-Thirmidzi :979 ) 

Ketika berziarah seseorang dianjurkan membaca al’quran atau lainnya,sebagaimana sabda Rosululloh SAW:

عَنْ مُعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْرَؤُوْ عَلَى مَوْتَاكُمْ “يس” (رواه ابو داود، ٢٧١٤)

Dari Ma’qilbin Yasar R.A berkata, Rosululloh SAW bersabda; Bacalah surat Yasin pada orang-orang mati diantara kamu,. “ (HR. Abu Dawud :2714 )

Dalil-dalil ini membuktikan bahwa ziarah kubur itu memang dianjurkan. Terlebih jika yang diziarahi itu adalah makam para wali dan orang saleh. Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khusus ke makam mereka. Beliau menjawab berziarah.ke makam para wali adalah ibadah yamg disunahkan. Demikian pula dengan perjalanan kemakam mereka.” (Al-Fatawi al-Kubra, juz II hlm. 24)

Berziarah ke makam para wali dan orang-orang shaleh telah menjadi tradisi para ulama salaf. Diantaranya adalah Imam al-Syafi’I R.A jika ada hajat, setiap hari beliau berziarah ke makam Imam Abu Hanifah. Seperftipengakuan beliau dalam rfiwayat yang shahih.

Dari Ali bin Maimun berkata” Aku mendengar imam al Syafi’i berkata” Aku selalu bertabaruk dengan Abu Hanifah dan berziarah mendatangi makamnya setiap hari. Apabila aku memiliki hajat, maka aku slat dua rakaat, lalu mendatangi makam beliau,dan aku mohon hajat itu kepada Alloh SWT disisi makamnya, sehingga tidak lama kemudian hajatku terkabul.” ( Tarikh Baghdad,juz 1, hal. 123)
Demikian sedikit kutipan mengenai dalil kebolehan ziarah kubur ke makam para wali-Nya.
Bakda Isyak sekitar pukul 20.00 kami mulai berkumpul dan bersiap-siap untuk keberangkatan. Kita berangkat dengan empat bus dengan kapasitas masing-masing bus sekitar 50-an penumpang. Dengan diawali dari pembacaan doa yang dipimpin oleh abah sendiri kami pun memulai perjalanan ziaroh dengan penuh sukacita. Kebetulan saya mendapat jatah duduk di bus A, satu bus dengan abah dan ibuk (Pengasuh PP. Al Barokah). Bagi saya pribadi tidak ada masalah, malah bersyukur karena bisa lebih terjaga dari melakukan hal-hal yang melanggar syariat dan kurang bermanfaat, serta bisa memperoleh keberkahan perjalanan.

 Perjalanan sempat terhambat karena bus yang kami naiki mengalami kebocoran ban. Sehingga harus menunggu beberapa saat sebelum bisa melanjutkan kembali perjalanan. Ketiga bus lainnya pun turut berhenti menunggu proses penggantian ban pada bus kami selesai. Satu persatu penumpang keluar dan memilih untuk menunggu diluar. Sebagian ada yang duduk-duduk di pinggir jalan, ada yang menyaksikan proses penggantian ban, serta sebagian lain memanfaatkan kesempatan untuk ke kamar mandi, sekedar cuci muka atau untuk buang air.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya pemasangan selesai dan kami bisa melanjutkan perjalanan. Hingga kami berhenti untuk sholat Shubuh di daerah Tasik pada pukul 05.10 WIB. Selesai sholat kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di sebuah rumah makan sekitar pukul 08.00 WIB. Disana kami sudah disambut dengan ramah oleh pelayan Rumah makan, dan kami disuguhkan pemandangan yang cukup menarik. Tempat makan dihias cukup nyaman dan alami seperti di pedesaan, dengan lantai bambu, kolam-kolam di sekitar, dan pemandangan gunung sekitar yang terlihat jelas dari lesehan tempat kami sarapan.

Setelah cukup kenyang sarapan, kami menyempatkan untuk mandi pagi di tempat itu pula. Karena ramainya jamaah, pada akhirnya harus antri dan tidak semuanya bisa mandi, sebagian ada yang mencukupkan cuci muka dan sikat gigi, ada pula yang cukup ke kamar mandi untuk buang air kecil/besar. Alhamdulillah, setelah cukup makan dan mandi kami siap untuk melanjutkan kembali perjalanan pagi ini.

Perjalanan dilanjutkan sekitar pukul 09.30 WIB dan kami sampai di kompleks pemakaman Godog sekitar pukul 10.00 WIB. Di sana bus tidak dapat naik, dan sudah tersedia ojek bagi peziarah yang ingin naik mengunjungi pemakaman Godog. Dengan biaya 50rb pulang-pergi perkendaraan (satu kendaraan untuk dua orang), kami diantar naik dengan cepatnya.

Pembayaran dilakukan di bawah sehingga setelah sampai atas tukang ojek akan menunggu kami selesai ziarah, untuk mengantar kami ke bawah lagi. Di tempat ziarah ada yang menawarkan buku kecil mengenai sekilas sejarah Sunan Rohmat Suci (Raden Kian Santang)seharga 5ribu per buku. Karena penasaran saya pun membelinya, dan membaca-baca di sela-sela perjalanan.

Setelah cukup lengkap kami langsung menunju makam Sunan Rohmat Suci untuk berziarah ke kuburnya. Tampak di dalamnya ramai jamaah dari berbagai tempat turut berdatangan. Kami pun mendapat giliran untuk masuk, kemudian didalamnya abah memimpin santriwan-santriwati dan para jamaah membaca bacaan-bacaan tahlil dan doa. Setelah cukup kami pun meninggalkan komplek pemakaman dan turun kembali ke tempat bus kami semula.

Sampai di bus sekitar pukul 12.00 WIB, kami beristirahat sebentar lalu bersiap-siap untuk keberangkatan selanjutnya menuju daerah Panjalu, mengunjungi makam Prabu SangHyang BorosNgora (H.Abdul Iman), Raja muslim pertama dari kerajaan Panjalu. Di tengah perjalanan kami berhenti untuk mengambil makan siang dari suatu RM yang sudah dipesankan panitia. Kami menikmati makan siang sambil melanjutkan perjalanan di dalam bus. Meski agak ribet, yang seperti ini justru menyingkat waktu, hingga tidak banyak waktu yang terbuang seperti pada saat sarapan pagi tadi.

Kami sampai di tempat sekitar pukul 16.00 WIB dan langsung menjama’ sholat ashar kami dengan dzuhur yang sebelumnya belum sempat kami laksanakan. Selain sebagai objek Ziarah Panjalu juga menjadi tempat wisata alam, maupun wisata budaya karena kondisi geografisnya yang cukup menarik yakni dikelilingi danau yang terdapat nusa (pulau kecil) di tengahnya yang kini biasa diziarahi, terdapat pemakaman Prabu Harian Kencana di Nusa tersebut.

Untuk sampai di Pemakaman kita harus menaiki perahu untuk menyebrangi danau menuju Nusa Gede di tengah-tengah danau. Pemandangan yang disuguhkan sangat indah, sehingga tidak aneh juga bila menjadi objek wisata alam. Di sana sekali lagi saya membeli buku kecil berisi sejarah singkat Panjalu yang diterbitkan oleh Yayasan BorosNgora. Kemudian kami pun pulang kembali ke seberang danau, dan tiba-tiba hujan turun saat kami hendak kembali ke seberang.

Sesampainya di tepi kami berlarian kembali ke busmeski hujan belum berhenti turun.
Kami sholat maghrib, jama’ dengan isya’ di musholla dekat bus kami. Lalu beristiraahat sejenank menikmati jajanan yang dijual pedagang di sekitar bus. Ada yang membeli bandrek, sejenis minuman dari jahe, ada yang membeli cimol, juga ahu sumedang. Setikdaknya kami bisa merasakan jajanan daerah garust.

Kemudian perjalanan dilanjutkan sekitar pukul 20.00 WIB menuju Cirebon, makam sunan gunungjati. Perjalanan berlangsung cukup lama. Kami baru sampai di Cirebon sekitar pukul 23.00 WIB. Meski sedikit mengantuk, mau tak mau kami melanjutkan ziarah kami menuju makam sunan gunungjati. Seperti biasa, di makam abah memimpin prosesi tahlil dan pembacaan doa di dekat makam beliau Sunan Gunungjati. Kemudian setelah berziarah kami mampir ke rumah salah seorang santri abah dahulu yang bertempat tinggal di dekaat Pemakaman Sunan Gunung jati.

Di sana kami sudah disambut dan disediakan makan malam, denan nasi kotak. Kemudian sekitar pukul 1.00 WIB kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan kembali. Hingga akhirnya sampai di daerah Pekalongan pada waktu Subuh, sekitar pukul 5.30 WIB. Agak kesiangan memang, namun bagaimana lagi, suasana memang tidak memungkinkan karena target awal Subuh sudah sampai di areal pemakaman Habib Ahmad bin Thalib.

Usai menunaikan solat Subuh, kami bristirahat sebenatar. Terlihat di luar Masjid ada beberapa penjual, mulai dari penjual bubur kacang hijau, susu kedelai, jajanan pasar hingga penjual baju dan batik. Kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampai di kompleks pemakaman Habib Ahmad bin Thalib sekitar pukul 7.00 WIB. Seperti biasa abah kembali memimpin jamaah untuk prosesi pembacaan tahlil dan doa.

Setelah pembacaan tahlil dan doa, kami beristirah sejenak di areal sekitar pemakaman. Di luar makam terlihat berjejer pedagang batik pekalongan. Cukup ramai, hingga menyerupai pasar dadakan. Sebagian kami membeli oleh-oleh batik di sini, sebagian ada yang memilih untuk mencari sarapan atau sekedar duduk-duduk di serambi masjid dekat makam.

Setelah cukup puas istirahat dan belanja batik, perjalanan kami lanjutkan menuju daerah kendal, mengunjungi pusat oleh-oleh di Kendal. Sekitar pukul 10.00 WIB kami telah sampai di tempat tujuan. Sebagian membeli oleh-oleh berupa jajanan daerah, namun ternyata kebanyakan yang dijual di sana banyak di jual di Jogja. Yang lain memanfaatkan waktu istirahat untuk duduk-duduk membeli minuman atau Pop mie yang dijual di areal pusat oleh-oleh.

Sekitar pukul 12.30 kami menjama’ qoshor sholat dzuhur dan ashar kemudian berangkat kembali ke Yogyakarta.  Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Yogyakarta sekitar pukul 16.00 WIB.
Banyak sekali pelajaran yang bisa kami ambil dari perjalanan singkat ini. Dari cerita yang saya baca pada buku yang dijual di areal pemakaman sebenarnya saya temukan beberapa kejanggalan cerita. Seperti dalam cerita Prabu Kian Santang yang dikisahkan bertemu dengan Sayyidina Ali r.a. di Makkah (padahal seharusnya sudah meninggal) diminta mencabut pedangnya namun tidak mampu, hingga keluar darah dari sekujur tubuhnya. Lalu Sayyidina Ali r.a. dengan menyebut basmallah dan kalimat syahadat, dengan mudah mampu mencabutnya dan seketika luka di tubuh Kian Santang menghilang.

Setelah takjub dengannya Kian Santang memutuskan untuk masuk Islam dan belajar agama Islam di Makkah. Kemudian sekembalinya dari Makkah ia mencoba menyebarkan agama islam di pulau Jawa namun dikisahkan mendapat penolakan dari ayahnya Prabu Siliwangi. Berbeda dengan keterangan yang disebutkan di buku Api Sejarah, dan yang kita lihat di tayangan televisi dimana digambarkan Prabu Siliwangi sudah masuk islam, menikah dengan Nyai Subang larang yang juga sudah menjadi seorang muslim, murid dari Kiyai Hasanuddin.

Dan Anehnya lagi terdapat kesamaan kisah dengan Sang Hyang Borosngora dari Panjalu. Dimana dikisahkan beliau juga bertemu dengan Sayyidina Ali, dan sama diminta mencabut peadngnya namun tak mampu, padahal sebelumnya tidak ada yang bisa menandingi ilmu beladirinya. Bahkan dalam kisah ini, dikatakan Sayyidina Ali r.a. menitipkan pedangnya pada BorosNgora. Dan pedang inilah yang sekarang tersimpan di monumen dan setiap tahun diadakan prosesi penyucian di Bulan Maulud, bersamaan dengan penyucian pusaka kerajaan lainnya.

Memang di satu sisi sebenarnya mudah saja Allah memunculkan kejadian luar biasa, di luar akal manusia. Namun cukup janggal bila terjadi dua peristiwa hampir sama pada orang yang berbeda. Memang Sejarah selalu menjadi misteri, karena kita hanya bisa mengintrepretasikannya dari peninggalan-peninggalannya maupun cerita turun-temurun yang berkembang. Sedangkan cerita turun-temurun sendiri terkadang mengalami distorsi dan dibumbui dengan hal-hal yang tidak sebenarnya untuk memunculkan kesan luar biasa dari cerita aslinya.

Terlepas dari kontroversi sejarahnya, satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah mereka benar-benar sebagai generasi awal yang menyebarkan agama islam di tanah Jawa dan di Indonesia. Bahkan Kian Santang sendiri merupakan paman dari Sunan Gunungjati, salah satu dari anggota wali sanga yang telah mahsyur kita dengar sebagai penyebar agama islam di nusantara.

Setidaknya ada dua hal yang bisa kita teladani. Pertama, mereka telah melewati masa-masa pahitnya menuntut ilmu agama, meninggalkan kampung halaman bertahun-tahun hanya untuk memperdalam ilmu agamanya. Serta mereka juga mengalami masa-masa beratnya menyebarkan agama di nusantara, bahkan hingga mengislamkan mayoritas rakyat Indonesia.  Tentu ini membutuhkan pengorbanan yang tidak mudah.

Dari sini, kita sebagai santri tentu “sadar diri”, tahapan pertama saja dalam perjuangan menuntut ilmu agama mungkin kita masih belum sempurna, apalagi hingga menyebarkannya. Setidaknya harapan kami, suatu saat nanti kami bisa mengikuti jejak mereka, menjadi penolong-penolong agama Allah dan menegakkan kalimat-Nya di bumi Indonesia ini. Semoga Allah anugerahkan kepada kami ilmu yang bermanfaat dan keistiqomahan menempuh jalan-Nya yang lurus ini. Aamiin
Wallohua’lam