3/31/2013

Masalah Aqidah Jangan Dianggap Enteng



Hubungan dengan nonmuslim memang seringkali menjadi topik yang sensitiv untuk dibicarakan. Ada yang dengan mengatasnamakan toleransi malah jadi kebablasan dan melanggar batas-batas syariat.  Sebenarnya bagaimana seharusnya kita menyikapi hubungan dengan nonmuslim? Seperti apa batasan-batasannya?
Rasulullah SAW sendiri telah memberi contoh dengan baik. Untuk masalah muamalah, perdagangan, bertetangga memang boleh-boleh saja, tidak ada larangan dalam syariat. Terlihat dari banyak hadist yang menceritakan kebaikan Rasulullah SAW pada tetangganya yang Yahudi. Namun demikian, untuk masalah aqidah tentu ada batasan yang tidak boleh dilalui.
Seperti dalam kisah asbabun nuzul QS Al Kafirun. Saat itu dikisahkan orang-orang kafir Quraisy menawari Rasulullah SAW untuk bersama-sama menyembah Tuhan mereka, baru kemudian mereka akan bersama-sama menyembah Alloh SWT. Rasululullah pun dengan tegas menolak dan turunlah ayat ini(QS Al Kafirun). Lakum diinukum waliyadiin, untukmu agamamu, untukku agamaku. Jelas sekali untuk masalah aqidah dan ibadah tak boleh dicampuradukkan.
Kini tak jarang ummat Islam ikut menghadiri dan me-meriahkan acara-acara keagamaan orang Nasrani dan Yahudi serta agama-agama lain di luar Islam. Akhir-akhir ini pembauran antar ummat beragama telah dicetuskan dalam bentuk kerja sama ritual keagamaan, misalnya mengadakan doa bersama antara muslim dan non muslim, yang dipimpin oleh setiap tokoh agama yang berlainan, dan subhanallah, diamini oleh para hadirin yang berlainan agama pula. Strategi semacam ini diterapkan oleh orang-orang kafir untuk menampakkan kesungguhan untuk hidup rukun.
Mereka juga menghadiri acara-acara yang digelar oleh ummat Islam, seperti muktamar-muktamar Islam yang semesti-nya menjadi urusan intern ummat Islam. Rencana besar di balik itu semua, adalah ummat Islam bersedia pula menghadiri acara-acara keagamaan mereka. Dengan demikian ummat Islam menjadi murtad tanpa mereka sadari.
Allah telah memperingatkan dalam firman-Nya yang artinya:
”Katakanlah (Muhammad): ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku’… “  (Qs. Al Kafirun)
Gerakan pemurtadan ummat Islam dewasa ini dilakukan dengan gencar bahkan di hampir setiap kesempatan, selalu mereka tawarkan dan sodorkan dengan berbagai macam cara yang tidak disadari oleh ummat Islam. Langkah yang demikian ini dilakukan oleh musuh-musuh Islam karena mereka memahami sabda Nabi Muhammad r(yang artinya): “Barang-siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongan mereka.”
As-Syeikh Muhammad al-Hijaz al- Halabi dalam kitabnya Shaut al-Mimbar hal. 272 cetakan kedua, Dar Misra Litthiba’ah mengatakan: “Di antara penyebab kemurtadan, adalah berjalan menuju Gereja dengan para aktifis Gereja, dan  bersama-sama merayakan perayaan-perayaan mereka yang dilaksanakan di dalam Gereja, serta acara-acara kufur lainnya yang dilakukan (aktivis Gereja) dan ia duduk bersama mereka.”
 Sigit Arif Anggoro
TF UGM '12

3/30/2013

Pemuda Mental ‘Galau’




Sungguh miris bila melihat mental pemuda/i muslim di era ini. Hidupnya hanya berputar pada hal-hal yang lebih banyak mudhorotnya. Seperti dalam siklus ‘pacaran’, mulai dari pedekateàjadian àkonflikàputusàganti pacar, yang semuanya akan mengarah pada kata ‘galau’. Mirisnya lagi hampir seluruh hidupnya akan diabdikan pada si ‘dia’ yang belum tentu juga jadi jodohnya. Seolah-olah hidup ini cuma untuk si ‘dia’.
Tak Cuma hidup, sampai mati pun rela asal untuk si ‘dia’. Mau makan ingat si ‘dia’, mau tidur ingat si ‘dia’, sedang sedih ingat si ‘dia’ (jadi mirip lagu ya). Lalu dimana Allah? Seakan-akan si ‘dia’ telah menjadi ‘ilah’ lain selain Allah, na’udzubillah. Padahal seharusnya hanya u/ Allah, Rasul dan agamaNyalah hidup dan mati kita. “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”(QS Al-An’am 162)
Alangkah ruginya, mengorbankan waktu, dana, tenaga, bahkan agama dan kehormatannya hanya untuk mencari keridhoan manusia yang belum tentu jadi jodohnya. Anehnya sudah tahu rugi, setelah putus cinta tak jua ‘sadar’ malah mencari mangsa lainnya, na’udzubillah. Padahal sudah jelas perintahNya untuk tidak mendekati zina. Semua peringatan tidak diindahkan, entah karena tak tahu atau sengaja tak mau tahu.
Input Bobrok
Tak aneh bila sering kita temukan remaja bermental demikian karena sejak awal ‘inputnya’ memang sudah bobrok. Mulai dari lagu-lagu yang kebanyakan memang bertemakan percintaan yang galau, cengeng, perselingkuhan dan sejenisnya. Hingga tayangan-tayangan di TV dan tabloid remaja yang kebanyakan bertema serupa. Yang lebih miris lagi sampai lagu anak-anak pun bertemakan percintaan, na’udzubillah.
Dalam sinetron, anak SD saja sudah bisa pacaran. Artis-artis cilik pun (afwan) bukannya memberi contoh yang baik malah mempromosikan lagu-lagu dewasa yang bertemakan serupa. Tak aneh bila sekarang kita temui banyak anak SD sudah berani pacaran, na’udzubillah. Entah mengapa ‘virus’ ini terus menyebar di negeri kita tercinta.

Mau dibawa kemana?
Bila mental pemudanya sudah demikian, lalu mau dibawa kemana masa depan agama, bangsa dan negara ini? “Pemuda sekarang adalah pemimpin esok hari”. Lalu bila pemudanya demikian akan seperti apa hari esok untuk negeri ini?? Padahal masih banyak yang harusnya disiapkan, masih banyak yang perlu dipikirkan oleh para pemuda.
Pemuda dahulu selalu menjadi tonggak perubahan, penegak keadilan, pionir dari perbaikan bangsa ini. Mulai dari sumpah pemuda, peristiwa rengasdengklok, runtuhnya orde lama, runtuhnya orde baru dan bangkitnya reformasi semua dipelopori oleh pemuda. Lalu bagaimana nasib bangsa ini bila pemudanya sudah ‘mlempem’ dan tidak peduli lagi pada yang lain selain si ‘dia’? Tidak kritis lagi karena di otaknya hanya memikirkan bagaimana menarik perhatian si ‘dia’?Na’udzubillah.
Pantas saja kasus korupsi semakin menjadi-jadi, karena para pemudanya sudah tak lagi peduli. Pantas saja kekayaan bangsa sering dieksploitasi ‘asing’ karena pemudanya tak mau memikirkan cara untuk mengelolanya sendiri. Pantas saja, kasus narkoba tak ujung tuntas karena pemudanya tak merasa perlu untuk segera menuntaskan, bahkan malah terjebak jadi penggunanya. Pantas saja kasus pelecehan seksual hingga aborsi tak kunjung henti karena pemudanya tak pernah memikirkan solusi justru terlibat didalamnya.
Itu baru masalah di dalam negeri. Lalu bagaimana dengan nasib muslim di negeri lainnya? Bagaimana dengan Gaza? Suriah? Rohingnya? Kapan terpikirkan untuk memberi bantuan bila di pikirannya hanya ada si ‘dia’ dan ‘dia’ seorang? Wahai, sudah seegois itukah pemuda-pemudi kita??
Solusi
Bila benar-benar ingin menyelamatkan negeri ini maka seharusnya masalah ini tidak dianggap sebagai hal sepele. Kita merindukan sosok pemuda muslim yang teguh dengan idealismenya. Kita merindukan sosok pemuda yang kritis dan selalu memperjuangkan kebenaran. Kita merindukan sosok pemuda muslim yang kreatif, solutif dan cerdas dalam menyelesaikan segala permasalahan.
Sekali lagi semua berawal dari input. Bila diinginkan ‘output’ pemuda muslim yang anti galau maka media sebagai ‘input’ pun harus merevolusi diri, dan beralih menampilkan tayangan/tulisan yang positif. Pemuda muslim harus kembali lagi didekatkan pada agamanya. Dikenalkan pada Qur’an dan sunnah-sunnahNya. Wallohua’lam bisshowwab

Oleh: Sigit Arif Anggoro

3/16/2013

Mengapa ‘Harus’ Menulis??




Menulis merupakan suatu kegiatan yang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari peradaban umat manusia. Kehadirannya tak pelak menjadi suatu tolak ukur bagi kemajuan peradaban. Betapa tidak, dengan tulisan sejarah dapat direkam, dengan tulisan pengetahuan dapat disimpan, pesan dapat disampaikan, ide dapat disebar luaskan, dan masih banyak lagi.
Ingat dengan R.A. Kartini? Apa yang membuatnya begitu dikenal hingga kelahirannya diperingati sebagai hari Nasional? Setuju atau tidak, sedikit banyak beliau mulai dikenal dunia luas setelah menulis bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Dan luar biasanya idenya yang dituangkan dalam tulisan cepat sekali menyebar dan merubah paradigma masyarakat luas. Masih ingat dengan Karl Marx dan Adolf Hitler? Melalui tulisannya mereka mengubah sebagian dunia dan menimbulkan satu polemik yang mengguncang dunia (komunis dan naziisme). Sering sekali kita jumpai revolusi besar dari suatu masyarakat yang berawal dari munculnya tulisan/buku tokoh-tokoh di zamannya.
Sebenarnya dalam peradaban Islam pun budaya tulis-menulis telah mendarah daging dan berperan besar dalam memajukan peradaban umat. Ya, meskipun Rasulullah SAW sendiri ummiy(tidak dapat membaca dan menulis) namun bukan berarti islam menolak tulisan,  keummiyan Rasulullah SAW justru menjadi bukti kebenaran wahyu. Di antara sahabat-sahabat Rasulullah sendiri banyak yang menjadi penulis ulung yang berperan besar merekam kehidupan umat Islam di masa Rasulullah dan para shahabatnya.
Bila kita lihat di dalam sejarah periwayatan hadist misalnya, kita akan tercengang dengan kelengkapan dan validitas hadist-hadist yang dituliskan para ahli hadist. Bagaimana mungkin kehidupan seseorang bisa terekam sebegitu detailnya dengan tingkat keshahihan yang bisa dipertanggungjawabkan!? Satu ulama ahli hadist bisa mengumpulkan ratusan ribu hingga jutaan hadist!! Kemudian bila kita melihat di era Imam Madzhab, peran tulisan sangat mempengaruhi kebesaran dan kelestarian madzhab.
Seperti kita ketahui, sebenarnya madzhab di zaman itu tidak hanya ada empat. Namun yang membuat keempat madzhab besar bertahan adalah karena banyak murid-muridnya yang menuliskan kembali pemikiran-pemikiran sang Imam, dan ini diwariskan terus menerus hingga sekarang masih mampu bertahan. Imam syafi’i berkata “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan bila engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.”(Diwan asy-Syafi’i)
Di zaman itu banyak ulama-ulama yang menuliskan kitab yang tingkat keshahihannya tidak diragukan lagi dan muatannya pun berkualitas tinggi. Bahkan dikisahkan ketika itu, khalifah mengganti kitab-kitab yang mereka buat dengan emas  seberat kitab karangan mereka. Kitab-kitab tersebut yang kini masih dipelajari di pondok-pondok pesantren klasik. Inilah satu keajaiban lagi dari tulisan, dengan tulisan ilmu yang sudah beratus-ratus tahun masih bisa diwariskan, bahkan dengan pemahaman yang tidak banyak berubah.
Bila ilmu hanya disampaikan dari lisan ke lisan mungkin akan terjadi perbedaan yang sangat besar. Sedangkan tulisan itu tetap, dari tahun ke tahun pun tidak akan berubah (kecuali ada yang merubah) sehingga ilmu akan lebih mudah dan mampu disimpan dengan baik. Satu kelebihan lagi, tulisan mampu menyebar ke segenap penjuru, dapat dibaca kapan pun ia mau, dapat diulang-ulang dan ditelaah lagi di waktu yang lain.
Dengan kitab Ihya’nya(Imam Ghazali) , muncullah tokoh seperti Shalahuddin al Ayyubi yang membawakan kemenangan umat Islam dan mengembalikan Al-Quds ke tangan umat muslim dalam Perang Salib. Dengan tulisan, orang-orang seperti Yusuf Mansur, Salim A. Fillah, Ippho Right, Andrea Hirata mulai dikenal masyarakat luas dan banyak merubah paradigma mereka. Tak salah bila dikatakan “Pena lebih tajam dari mata pedang”. Dengan tulisan, seseorang mampu menaklukkan dunia,mengubah dan menguasai pemikiran masyarakatnya. Dahsyat!
Jadi mengapa tidak mulai menulis?? Ada yang beralasan “nulis bukan hobi saya!”
Hey, sejak kapan ente jauh dari tulis-menulis? Saat kuliah, dapat materi dari dosen kita tulis! Membuat laporan praktikum juga ‘harus’ nulis! Pengen ikut PKM juga ‘kudu’ nulis! Pengen lulus, bikin skripsi pun harus nulis! Nggak perlu jauh-jauh deh, ente buat status di fb pun sudah termasuk nulis! Jadi sejak kapan nggak bisa nulis???
Menulis bisa dikatakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu, apalagi di zaman yang informasi cepat sekali tersebar ini. Mereka yang menguasai tulis-menulis akan menguasai opini masyarakat. Ingat dengan trending topik pada twitter? Dengan menulis sedikit saja, seorang bisa menyalurkan idenya ke segenap penjuru dunia. Dahsyat!
Sudah selayaknya setiap individu melatih kemampuan menulisnya. Banyak-banyak membaca merupakan satu cara untuk meningkatkan kualitas tulisan. Bila sering membaca, otomatis referensi akan semakin luas, dan pilihan kata pun semakin beragam. Hampir kebanyakan mereka yang pandai menulis, di sisi lain juga merupakan pembaca yang gigih. Hal ini bisa dilihat dalam penerbitan buku, dalam satu buku sering kita jumpai di daftar pustaka terdapat banyak buku yang dijadikan referensi.  
Jadi, banyak-banyak baca dan tetap dilatih tulisannya..
Yuk belajar nulis!!!
Sigit Arif Anggoro
TF UGM ‘12


3/15/2013

Masihkah Istiqomah?



Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah الله kemudian mereka meneguhkan (pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (mendapatkan) surga yang telah dijanjikan الله kepada kamu (QS : Fushilat 30).

Sempat tersentak setelah mendengar nasehat mas Musholli, mas’ul KMT(Keluarga Muslim Teknik) X4 dalam sambutannya pada launching KMT X6 Sabtu, 12 Januari kemarin. “Ada dua tipe orang yang menjadi aktivis dakwah kampus. Tipe pertama adalah orang yang menjadikan dakwah sebagai aktivitasnya semata. Ia cukup senang bila waktunya terisi dengan dakwah di kampus, “ ujar beliau.
Namun dakwahnya berhenti ketika ia sudah tidak menjadi pengurus organisasi dakwah tersebut. Ketika jadi pengurus, tampak keren dengan jilbabnya yang gedhe-gedhe, baju muslim serta atribut-atribut lain yang seakan ingin menyampaikan pesan “Isyhaduu bi anna muslimun”. Namun setelah selesai masa tugasnya sebagai pengurus perlahan-lahan atribut-atribut tersebut mulai ditinggalkan. Yang lebih parah lagi bila sampai idealisme yang dulu dipegang teguh perlahan-lahan runtuh, dan mulai hidup seperti orang-orang sekitarnya, kembali menjadi orang biasa.
Yang sering dhuha jadi jarang-jarang dhuha. Yang dulunya sering tahajjud jadi tak pernah tahajjud, parahnya lagi bila subuhnya mulai telat karena bangun kesiangan. Yang dulunya ‘gadhul bashar’(menjaga pandangan) jadi tak malu mendekati lawan jenis. Seakan-akan tak pernah menjadi aktivis dakwah, semuanya izzahnya hilang tak membekas.
Antum termasuk yang demikian? Semoga tidak!!! Tipe kedua adalah yang benar-benar serius menjadikan dakwah ini tujuan hidupnya. Setelah keluar dari organisasi dakwah yang satu, ia akan beralih mencari ‘ladang amal’ yang lain. Berhenti jadi pengurus bukan berarti berhenti berdakwah.
Bagaimana tidak, kita bukan siapa-siapa. Kita bukan ‘veteran’ perang badar yang telah dijamin mendapat ampunan serta surgaNya. Siapa yang bisa menjamin kita akan masuk surga? Padahal cuma jadi ‘veteran’ organisasi dakwah yang kontribusi kita pun sangat kecil bila dibanding perjuangan muslimin lain di medan jihad. Lalu siapa yang menjamin kita akan selamat dari adzab pedihNya??
Bukankah amal itu dilihat dari akhirnya?? Apalah artinya tampak ‘keren’ saat jadi aktivis dakwah, namun pada akhirnya hanya jadi seperti orang biasanya dan membuang jauh-jauh semua idealismenya. Memang tidak mudah untuk istiqomah. Sampai-sampai surat Hud membuat Nabi SAW beruban(karena menyampaikan perintah beristiqomah).

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar Sebagaimana diperintahkan kepadamu. (QS Hud 112)


Yaa ikhwah, jangan bangga bila ‘pernah’ menjadi aktivis dakwah! Yang kita lakukan masih belum seberapa. Sudahkah kita merasa aman dari adzabNya yang pedih? Bahkan seorang Umar r.a. saja menangis karena takut amalnya tidak diterima. Lalu apa yang membuat diri ini merasa cukup beramal?
Yaa ikhwah, sadarlah dengan atau tanpa kehadiranmu gerbong dakwah akan tetap berjalan. Kemenangan itu pasti. Namun yang jadi pertanyaan apakah engkau terlibat di dalam perjuangannya? Atau justru mundur dan berbalik ke belakang?
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali..."(An Nahl 92)


TF UGM ’12   

Ganti V-day dengan Hijab Day




14 Februari memang biasanya identik dengan perayaan V-day atau Valentine day yang dimaknai sebagai hari kasih sayang. Katanya sih, mengenang kematian santo Valentinus yang gugur sebagai martir (mati karena memperjuangkan cinta). Dari sini saja kita bisa tahu bila budaya V-day ini sebenarnya bukan dari umat Islam dan bisa mengarah pada tasyabuh yakni meniru-niru orang kafir. 
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka".(HR Abu Dawud). 
Biasanya budaya ini diwujudkan dengan ajang bagi-bagi coklat, kado, dan hadiah. Lantas kasih sayang yang seperti apa yang dipraktekkan di peringatan ini? Setuju atau tidak pada kenyataannya lebih mengarah pada kasih sayang antar pasangan. Dan yang menjadi masalah kebanyakan pasangan tersebut belum 'resmi', belum menikah atau bisa dikatakan berpacaran. Padahal pacaran sendiri jelas-jelas bertentangan dengan syariat dan banyak mudharatnya. Saya tidak perlu menjelaskannya di sini. Valentine day menjadi momen bagi kawula muda untuk menyatakan serta mengekspresikan kecintaannya pada pasangan (yang belum 'halal'). Hingga ujung-ujungnya maksiat lah yang marak terjadi di perayaan-perayaan ini. 

Inilah yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi umat Islam di seluruh dunia. Hingga pada akhirnya muncullah gerakan World Hijab Day (hari hijab sedunia) guna mengcounter budaya V-Day dan sekaligus mempromosikan hijab ke masyarakat dunia. Hijab selama ini masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat dunia, terutama oleh mereka yang islamophobi dan menghubungkan hijab dengan terorisme.
Selain mengcounter V-day gerakan ini sekaligus mencoba menghapuskan deskriminasi terhadap muslimah berhijab yang selama ini dilakukan. Juga untuk menunjukkan pada masyarakat dunia bahwa berhijab bukanlah suatu bentuk pelanggaran terhadap hak asasi seorang wanita. Namun berhijab justru suatu kebanggaan bagi muslimah dan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan terorisme. Di New York gerakan ini dicetuskan oleh seorang muslimah bernama Nazma Khan.
Gerakannya bertujuan untuk menganjurkan sebanyak mungkin wanita untuk mencoba berhijab (baik muslim maupun non muslim). Cara terbaik untuk memberitahukan bahwa hijab bukan suatu yang memberatkan adalah dengan membiarkan mereka mencobanya sendiri, ujar Khan. Gerakan yang semula dipromosikan lewat internet ini pun mendapat respon positif dari berbagai penjuru dunia. Bahkan banyak non-muslim yang turut berpartisipasi mencoba memakai hijab untuk beberapa hari sebagai respon terhadap gerakan Hijab day ini.
Adalah Jess Rhodes, non-muslim dari Norwich memutuskan untuk mengenakan hijab selama sebulan setelah mengetahui even ini dari internet. Dan inilah yang kemudian membuatnya tertarik mempelajari Qur’an dan kini telah bersyahadat dan menjadi seorang muallaf. Allohu Akbar! Gema hijab day pun terus menyebar ke penjuru dunia.
Muslim Pakistan mengkampanyekan 14 Februari sebagai hari hijab internasional guna mengcounter budaya Valentine yang dianggap tidak sesuai dengan Islam. Di Indonesia sendiri kampanya 14 Februari sebagai hari menutup aurat Internasional dilakukan di berbagai wilayah. Aksinya beragam, bisa dalam bentuk membuat spanduk, turun ke jalan-jalan, membagikan jilbab, sticker maupun sosialisasi wajibnya berhijab bagi setiap muslimah.
Di Jakarta, aksi damai Gerakan Menutup Aurat yang dipelopori Teachers Working Group (TWG) ini diikuti oleh beberapa komunitas seperti ITJ (Indonesia Tanpa JIL), Hijabers Community, Hijabographic, FSLDK se Jabodetabek. Selain di Jakarta aksi serupa juga diadakan di berbagai wilayah seperti di Bandung, Tangerang, Palembang, Sibolga, Bali, dana masih banyak lagi, hampir di setiap daerah di Indonesia bahkan hingga ke Malaysia. So, buat kamu sobat muslim semua mulai detik ini ganti budaya V-day dengan Hijab day!! Mudah-mudahan makin banyak yang dapat hidayah dan makin banyak yang mau menutup auratnya ^^
Sigit Arif Anggoro
TF UGM '12

Korelasi Menyontek dengan Korupsi



Sebagian orang akan berkata.. “Saya hanya nyontek di ujian kok, kalau korupsi tidak.”
Pertanyaannya, benarkah asumsi ini??
Tentu tidak benar,, mengapa??
Pertama
Kesamaan antara MENYONTEK dengan KORUPSI  adalah sama-sama mengambil yang BUKAN haknya. Bedanya si koruptor disini mengambil HARTA yang bukan haknya, sementara pencontek ujian mengambil NILAI yang bukan haknya.
Ya perbedaan hanya dalam ‘wujud’nya, bila si koruptor korupsi harta maka si pencontek bisa dikatakan korupsi nilai. Dari sini sebenarnya menyontek sudah berarti (maaf) korupsi dalam skala yang lebih kecil yakni korupsi nilai..
Jadi bila dikatakan menyontek tanpa korupsi sebenarnya itu sudah merupakan asumsi yang tidak benar...

Kedua
Pun bila mereka ngotot mengatakan menyontek tidak termasuk satu bentuk korupsi, asumsi bila “sekarang menyontek tetapi nanti (ketika menjabat) tidak korupsi” tetap tidak bisa diterima.
Bagaimana tidak, bila kita terhadap nilai saja (ujian/rapor) sebegitu bernafsunya hingga harus menyontek padahal sudah jelas larangannya, bagaimana kelak ketika telah menjabat ada peluang untuk korupsi dengan nominal yang luar biasa besar? Akankah kita mampu menahan nafsu untuk godaan sedemikian besar bila menahan nafsu dari godaan nilai ‘palsu’  saja kita tak mampu?
Padahal nilai ujian/rapor/IP belum tentu menjadi jaminan seorang dapat kerjaan. Bahkan nilai-nilai tersebut normalnya hanya kita yang tahu (selain untuk pendaftaran masuk sekolah lanjutan/kerja), bisa dikatakan privasi masing-masing individu, lalu apa yang hendak disombongkan? Apa yang hendak diBANGGAkan dari nilai yang tidak mencerminkan kemampuan sendiri?
Justru jujur dalam ujian adalah salah satu bentuk latihan untuk jujur dan amanah(tidak korupsi) pula dalam memegang jabatan di kemudian hari.
So,,
Berani BERUBAH??
 Berani JUJUR??

Pentingnya Peran Kaderisasi dalam Suatu Organisasi



Setelah beberapa bulan mengamati kegiatan keorganisasian di perkuliahan, ada beberapa hal yang mulai saya pahami terkait dengan kaderisasi. Dulu saat masih di Rohis SMA yang saya pahami kaderisasi tugasnya hanya mengadakan SnT(Sharing and Training), serta mengawasi jalannya liqo. Namun kini saya pahami ternyata peran kaderisasi lebih dari itu. Bahkan keberadaannya menjadi sangat penting hingga terkadang hanya “orang-orang pilihan” yang dimasukkan biro/departemen ini.
Peran pertama adalah menjaga komitmen dari tiap anggota organisasi tersebut. Mungkin inilah mengapa di Rohis SMA dulu anak kaderisasi mengawasi liqo, memang diantara tugas pentingnya adalah menjaga konsistensi dari anggotanya agar tetap terlibat aktif dalam organisasi tersebut. Dalam berorganisasi sering kita jumpai orang-orang yang mulai lepas satu demi satu, tidak lagi berkontribusi aktif dalam organisasinya. Inilah yang menjadi “PR” bagi kaderisasi, bagaimana agar kader tidak ilang-ilangan dan merasa nyaman dalam organisasinya.
Dalam beberapa organisasi, peran kaderisasi ini dimasukkan dalam suatu biro/departemen yang dinamakan PSDM. Bila di tingkat perkuliahan PSDM kepanjangannya Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa. Sesuai namanya, fungsi selanjutnya dari suatu organisasi adalah meng-upgrade kapasitas dari tiap kadernya. Meningkatkan potensi yang ada dalam kader sehingga bisa lebih professional dalam pekerjaannya.
Mungkin inilah mengapa dalam Rohis SMA dulu bidang kaderisasi bertugas mengadakan SnT. Bila dalam perkuliahan bisa jadi SnT ini merupakan upgrading pertama bagi anggotanya. Namun disini yang saya lihat sebelum upgrading, kaderisasi juga memiliki tugas dalam mengadakan oprec(Open recruitment). Open recruitment adalah suatu tahapan untuk perekrutan anggota baru yang disertai dengan beberapa tahapan seleksi hingga sampai pada penempatan di bidang-bidang/departemen tertentu dalam organisasi tersebut.  
Rangkaian Open recruitment bisa berbeda-beda untuk tiap organisasi, sesuai kebutuhan masing-masing. Biasanya dimulai dari pengisian formulir, pengumpulan yang diberi batas waktu tertentu. Lalu ada Stadium General, atau penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan dalam rangkaian oprec nantinya. Setelah SG biasanya ada sesi penugasan, pemberian ‘misi’ yang harus diselesaikan oleh calon anggota. Serta diadakan sesi wawancara untuk lebih mengenal kondisi, kelebihan dan kekurangan calon anggota/pengurus.
Setelah rangkaian oprec mulailah para calon anggota dimasukkan/ditolak dari organisasi tersebut serta ditempatkan sesuai bidang/departemen yang sesuai kapasitas masing-masing. Meskipun umumnya organisasi itu membutuhkan kader, namun terkadang ada pendaftar yang tidak dimasukkan dalam kepengurusan organisasi tersebut. Penyebabnya bisa beragam, bisa jadi tidak mengikuti beberapa sesi di rangkaian oprec(misal tidak hadir wawancara), maupun latarbelakang si calon yang tidak memungkinkan. Sementara penempatan perbidang biasanya ditentukan dari pilihan si calon, namun ada juga yang ditempatkan tidak sesuai pilihannya untuk pemerataan kader tiap bidang.
Setelah anggota diterima, peran kaderisasi selanjutnya adalah meningkatkan kapasitas tiap anggotanya. Biasanya dilakukan dengan mengadakan up grading dalam beberapa tahap, UG 1, UG 2 dan seterusnya. Tiap Up grading yang diadakan harusnya memberikan dampak yang spesifik bagi pribadi kader. Dalam beberapa organisasi kader yang sudah menjalani beberapa tahap up grading dibedakan dengan yang belum.
Seperti dalam pemilihan kabid/kadep terkadang di beberapa organisasi kabid/kadep yang akan diajukan memiki syarat telah mengikuti beberapa tahapan UG. Selain up grading kaderisasi juga berperan dalam pengawasan kinerja tiap departemen. Terkadang tiap departemen juga memerlukan up grading tersendiri. Pada intinya tugas penting kaderisasi adalah untuk meningkatkan kualitas para kadernya.
Begitu pentingnya peran kaderisasi hingga kadang dalam beberapa organisasi statusnya lebih tinggi dari departemen/bidang lain, biasanya disebut biro. Biro bekerja langsung dibawah ketua yang memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas tiap kader. Majunya organisasi tentu tak lepas dari majunya SDM pengurusnya maka dari itu peran kaderisasi harusnya dipegang oleh orang-orang yang benar-benar telah terupgrade, berloyalitas tinggi, dan komitmen tinggi untuk memajukan organisasi. Wallohua’lam bisshowwab.

Sigit Arif Anggoro
TF UGM ‘12

Untuk JTF dan KMTF



“Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!” Bila ditanya masalah kontribusi, tiba-tiba langsung teringat pada quotes John F. Kennedy yang satu ini. Sekarang tinggal diganti aja objeknya dari negara, jadi JTF dan KMTF. Lalu apa yang bisa saya berikan untuk JTF dan KMTF agar lebih baik kedepannya??
Apa yang bisa saya berikan?? Materi?? Tahu sendiri kita cuma anak kuliahan yang duitnya pas-pasan. Tenaga?? Emang mau ngapain? Mau bangun gedung JTF? Tentu yang bisa saya berikan sebatas apa-apa yang bisa saya lakukan sebagai seorang mahasiswa. Memang kami masih mahasiswa baru, yang perlu banyak belajar beradaptasi dengan lingkungan yang serba baru ini.
Tentu yang bisa saya sumbangkan hanya pikiran, ide kreatif dan komitmen untuk tetap aktif dalam memperjuangkannya. Saya tak ingin banyak janji, tapi setidaknya semangat mengikuti optika kemaren bisa dijadikan bukti. Lalu apa ide yang ada dalam pikiran saya ini?? Yakin pengen tahu? Mari kita uraikan satu persatu.
Yang pertama, untuk JTF sebenarnya saya pengen turut berperan aktif dalam melambungkan nama JTF. Jujur kemarin masih ‘sedikit’ sakit hati saat ada adik kelas yang nanya, “Kalo JTF nanti kerjanya gimana mas? Kok kayaknya yang minat dikit ya?” Yah memang begini risikonya, kuliah di jurusan yang cuma ada di 3 PTN dan 2 PTS. Masih banyak yang belum tahu, masih banyak yang meragukan prospek kedepannya. Fiuhh..
Lantas harus bagaimana? Bagaimana agar JTF makin dikenal di masyarakat? Menurut hemat saya ada dua jalan. Yang pertama dengan turut aktif di kegiatan-kegiatan bergengsi tingkat nasional seperti PKM, lomba robot, dan berbagai kegiatan keilmiahan. Memang saya sejak awal ada keinginan mengikuti berbagai kegiatan keilmiahan semacam itu, namun sampai saat ini belum ada waktu untuk gabung apalagi masih mengikuti serangkaian oprec organisasi. Yah, semoga lain kali bisa bergabung dan menyumbang trophy di salah satu event bergengsi tersebut.
Jalan yang kedua melalui organisasi. Dengan mengikuti berbagai organisasi, masyarakat bisa mengenal jurusan yang satu ini. Mungkin bisa mengikuti Kamase, Kamalogis maupun berbagai kegiatan lain yang bernuansa science sosial, terjun langsung ke masyarakat. Selain itu, bisa juga dengan melakukan seminar-seminar yang berisikan pengenalan jurusan satu ini ke berbagai perusahaan menengah-bawah(sebab saya yakin kebanyakan perusahaan besar sudah mengenal). Atau seperti yang saya cita-citakan justru saya ingin punya perusahaan sendiri, yang bisa diakui dunia internasional sehingga otomatis nama jurusan tempat kuliah bisa ikut terangkat.
Lalu untuk KMTF. Apa ya yang akan saya sumbangkan?? Karena saya ingin bekerja di bidang KWU, minimal saya ingin memajukan kewirausahaannya. Tentunya kami ingin ke depannya KMTF bisa mandiri dan tidak tergantung lagi dana dari jurusan.
Ini masih impian ya.. Saya mengimpikan KMTF punya stand sendiri untuk jualan. Bisa jual jajan, jual pulsa serta menerima pesanan untuk pembuatan aksesori JTF. Kalo bicara impian sih malah saya sempet punya ide gila untuk melobi pak Kajur atau dekan sekalian untuk membuatkan Stationary di kawasan JTF, ada tempat fotokopiannya.
Kenapa? Karena di JTF strategis banget tempatnya, ada kantinnya sendiri, ada mushollanya, sampingnya ada perpustakaan, deket dengan KPFT dan tidak dilupakan ada Toilet favoritnya ^_^. Sementara tempat fotokopian yang di Teknik Kimia sangat-sangat tidak strategis (menurutku sih). Tempatnya nggak keliatan, jauh dari KPFT, dan masih banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya. Sangat disayangkan jika di fakultas teknik, yang kebanyakan mahasiswanya bergelut dengan kertas, gambar, dan semacamnya hanya memiliki satu stationery yang kurang strategis tempatnya.
Itu untuk kewirausahaannya, sementara untuk organisasinya saya serahkan ke anak PSDM aja dah... :D Wassalamu’alaikum

Sigit Arif Anggoro
Teknik Fisika 2012

3/09/2013

Berawal dari Rohis



Bismillah..
Rohis?? Apa yang terbersit di benak anda ketika saya sampaikan kata yang satu ini? Kumpulan anak muda yang ‘nongkrong’nya di masjid? Kumpulan muslimah yang jilbabnya gedhe-gedhe? Atau bahkan sarang teroris seperti yang diberitakan suatu media belakangan ini? ^^
Apapun yang ada dalam benak anda, bagi saya pribadi Rohis jauh lebih baik dari semua itu. Yah, mungkin memang bukan segala-galanya. Tanpa rohis kita masih bisa hidup bukan? Tanpa rohis masih bisa bernafas, benar? Ya, Rohis memang bukan segala-galanya, namun dari sinilah segalanya berawal. Tak percaya? Simak baik-baik cerita saya!! J
Yang saya rasakan, semenjak bergabung dengan Rohis inilah terjadi titik balik dalam hidup saya. Titik balik yang mengubah segalanya, mirip2 ledakan Big Bang kali ya? :D. Dari sinilah semua berawal, dari sinilah saya berubah. Bukan perubahan biasa, namun hampir di seluruh bidang, mungkin bisa dibilang revolusi besar-besaran atau “hijrah” bahasa kerennya.
Hijrah kemana? Yang pasti bukan ke London ya ^^
Hijrah, dari kebodohan menuju terangnya ilmu. Hijrah, dari kelamnya maksiyat menuju manisnya ta’at. Hijrah, dari galaunya hidup menuju ketentraman hati yang luar biasa. Hijrah dari masa jahiliah menuju masa-masa kemenangan.
Semua berubah, dari yang sering maksiyat, menjadi benar-benar bertaubat. Apalagi saat jadi pengurus, malu kan bila maksiyat masih ‘dipelihara’? Dari yang tak kenal dhuha, jadi istiqomah dhuha (mudah2an bukan riya’). Dari yang tak pernah ke masjid, jadi rajin berjamaah didalamnya. Dari yang tak ada niat menghafal qur’an, kini sedikit demi sedikit mulai menghafalkan.
Dan bukan hanya dari segi ibadah tentunya. Dari rohis saya juga belajar kepemimpinan. Pertama kalinya jadi ketua panitia, yang saya bersyukur karena setelahnya mulai terasa banyak perubahannya. Dari yang semula pendiam jadi berani bicara. Dari yang semula kuper jadi banyak temannya. Dari yang semula hidup tak tahu arah, kini jadi punya tujuan yang jelas (beribadah kepadaNya dan meraih keridlhoanNya).
Banyak sekali yang sekarang terasa manfaatnya. Dari video motivasi yang dulu diputar di acara rohis, kini baru benar-benar saya terapkan. Dan Alhamdulillah, mulai terasa dampaknya. Hidup jadi lebih teratur, dan jelas mau dibawa kemana. Dan yang paling penting yang saya rasakan adalah bisa jadi pemuda yang punya prinsip, punya pendirian, idealis, tak sekedar ikut-ikutan.
Dengan segudang modal di atas, tidak ada lagi rasa takut untuk bergaul dengan teman-teman baru. Tak perlu takut dianggap nggak eksis, karena memang bukan itu yang jadi tujuan. Tak perlu takut tampil beda, asal hidup sesuai tuntunan (Qur’an Sunnah). Tak perlu takut akan kegagalan, karena tahu susah senang hanyalah ujian kehidupan. Tak perlu resah, karena tahu ada Alloh Yang milik-Nya lah segala yang di langit dan di bumi ini.
Anak rohis memang luar biasa ‘aneh’nya ya. Disaat remaja lain pada tawuran, mereka asyik baca Qur’an. Disaat yang lain sibuk pacaran, mereka malah menjaga pandangan (Aamiin). Disaat yang lain mencontek di ujian, mereka pede dan mengutamakan kejujuran (Aamiin). Disaat yang lain tampil buka-bukaan (aurot), mereka tampil sesuai tuntunan. Disaat pemuda lain menjadi ancaman, mereka terus memberi harapan.
Aneh sekali bukan? Saking anehnya sampai dikatakan sarang TERORIS!! ^^ Ya, kita memang TERORIS, Tentara Orang Islam (kata ketua BEM saya).
Tidakkah mereka lihat kondisi pemuda di zaman ini? Yang sudah sangat kebablasan dalam pergaulannya? Salahkah bila diantaranya ada yang berbeda dan terus memperjuangkan perbaikan umat ini? Wahai, tidak sadarkah bila yang dituduh teroris justru pemuda-pemudi yang masih bisa diharapkan dari negeri ini? Pemuda yang jadi agent of change, agen perubahan yang terus mengisi harinya untuk memperbaiki diri, sekitar, agama dan bangsanya?
“Fatuubaa lil ghurabaa” Maka berbahagialah bagi orang-orang asing, yakni yang senantiasa membuat perbaikan disaat yang lain berbuat kerusakan. Apakah antum/antunna termasuk diantaranya?? Semoga saja.. Wallohua’lam bisshowwab.
kunjungi 
Sigit Arif Anggoro
Teknik Fisika 2012

Kenalan Dulu yaa

Assalamualaikum...

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM

Selamat DATANG di blog saya yang resmi diluncurkan Sabtu, 09 Maret 2013 dari kota Yogyakarta tercinta...
Sebenarnya sudah lama pengen punya blog sendiri,, tapi karena g ada yang 'maksa' jadi sering lupa dan pada akhirnya baru bisa meluncur sekarang
itupun karena ada yang 'maksa' :D
tapi jujur saya justru banyak berterimakasih buat mbak Novita Nur Syahfitri, Kabiro BEM KMFT 2013 yang udah 'maksa' anak buahnya untuk bikin blog sbg tugas pra Makrab PSDM.. (btw yg lain udh pada buat blm yaa??)

Oh iya, kita belum kenalan...
Kenalan dulu yaa...

Nama saya Sigit Arif Anggoro, biasa dipanggil sigit. Lahir dengan normal (Alhamdulillah) di Blora, Jawa Tengah pada Selasa, 22 Maret 1994. Umur 4 tahun masuk TK Pertiwi Setwilda, yang keinget dari TK apa ya?? paling dulu sering nangis, dan msh polos banget, saking polosnya pernah ngasih cuma2 mainan yg baru dibeli beberapa hari ke temennya (pas udh agak gedhean nyesel akhirnya)

7 Tahun, pindah ke SD Karangjati 6. Di sini ketemu teman2 yang menyenangkan, dan emang masa2 SD itu masa yang menyenangkan (bagi saya). Main bola bareng, bersepeda bareng, petak umpet, main kelereng, hampir tiap pagi-sore waktu dihabiskan bareng teman2 lain. Yah karena emang SD deket rumah jadi gampang banget buat ngumpulin anak2.

Prestasi??
pertama dan terakhir kalinya dapat ranking 1.. Jaman SD itu nuansa blajar dan saingannya seru, masih keinget sama Adimas Firmansyah, Dira Aghnia Silmi, dan teman2 lain yang dulu sering mengungguli saya..
oh ya ada lagi, Juara senam poco2 dlm HUT SMP 5 Blora kalau g salah!(g penting kali ya)

2006 Bersama Adimas dan kawan2 mendaftar SMP favorit di Blora yakni SMP 1 Blora,
Alhamdulillah masuk, peringkat 14!! si Adimas lebih diatas lagi di posisi 6 (masih inget)
SMP masa2 kritis bisa dibilang, saya g punya banyak sahabat saat itu.
Prestasi?? Masih keinget pas dapat peringkat 1 paralel saat Pra UN -dapet hadiah dari sekolah 125rb, Alhamdulillah :)
Selain itu seinget saya g ada,,
Saya g pengen banyak cerita di sini

2009 Bareng teman2 SMP 1 kami mendaftar ke SMA 1 Blora (favorit juga di Blora)
Alhamdulillah, ketrima lagi... peringkat 11 kali ini..
Masa-masa SMA beda banget ternyata, disinilah masa titik balik hidup saya. Terutama setelah menemukan organisasi yang bernama ROHIS..
kelas X masih jadi peserta, mulai ada keinginan untuk berubah disini
kelas XI saat jadi pengurus baru bener-bener berubah, banyak yang berubah (lebih baik tentunya)
setelah dipinjami buku 'Gue Never Die' karya Salim A. Fillah dari salah satu mentor, mulai seneng baca-baca buku Islami
Mulai sering ikut kajian-kajian, hingga akhirnya memantapkan hati pengen kuliah sambil mondok.
kelas XI juga jadi ketua kelas, dengan Pak Sulis sebagai wali kelas.. Masih sering kumpul dengan teman2 dan sering berkunjung juga ke rumah Pak Sulis

naik kelas XII makin matang sikapnya,
jadi 'murabbi', mulai sibuk belajar persiapan UN dan SNMPTN..
masih keinget, sering debat dengan Pak Neo (Guru Biologi SMA) mempermasalahkan teori evolusi...
sampai dipanggil 'evol', tapi g masalah...
Menjelang UN saya sempat 'menantang' anak XII.IPA 1(kelas saya) untuk JUJUR UN,,
saya presentasi di depan, dan banyak yg nolak, tapi ada juga yang nerima.
Walhasil, sekitar 5 anak mau JUJUR UN(g nyontek sama sekali!!) dan saya pun g perlu capek2 menolak memberi contekan (karena mrk udh 'ngerti' dn g minta contekan).
Akhirnya LULUS, meski g terbaik,
namun berita baiknya di hari yang sama setelah pengumuman UN ada pengumuman SNMPTN Undangan dan ketrima di Fisika Teknik UGM(Alhamdulillaah)

Saat membuat tulisan ini, saya masih menjadi mahasiswa Teknik Fisika UGM  Semester II..
Mulai menyibukkan diri di Kampus, dan sekaligus 'nyantri' di pondok pesantren Al Barokah,,
Hidupku mulai berputar antara kuliah, pondok, dan organisasi
Banyak belajar disini,,
Belajar akademik, belajar organisasi, belajar ilmu agama, belajar wirausaha, dan banyak lagi
Itulah sebabnya blog ini saya beri judul Life-long learning, belajar sepanjang hayat, minal mahdi ilal lahdi ^^
Salam.