3/31/2013

Masalah Aqidah Jangan Dianggap Enteng



Hubungan dengan nonmuslim memang seringkali menjadi topik yang sensitiv untuk dibicarakan. Ada yang dengan mengatasnamakan toleransi malah jadi kebablasan dan melanggar batas-batas syariat.  Sebenarnya bagaimana seharusnya kita menyikapi hubungan dengan nonmuslim? Seperti apa batasan-batasannya?
Rasulullah SAW sendiri telah memberi contoh dengan baik. Untuk masalah muamalah, perdagangan, bertetangga memang boleh-boleh saja, tidak ada larangan dalam syariat. Terlihat dari banyak hadist yang menceritakan kebaikan Rasulullah SAW pada tetangganya yang Yahudi. Namun demikian, untuk masalah aqidah tentu ada batasan yang tidak boleh dilalui.
Seperti dalam kisah asbabun nuzul QS Al Kafirun. Saat itu dikisahkan orang-orang kafir Quraisy menawari Rasulullah SAW untuk bersama-sama menyembah Tuhan mereka, baru kemudian mereka akan bersama-sama menyembah Alloh SWT. Rasululullah pun dengan tegas menolak dan turunlah ayat ini(QS Al Kafirun). Lakum diinukum waliyadiin, untukmu agamamu, untukku agamaku. Jelas sekali untuk masalah aqidah dan ibadah tak boleh dicampuradukkan.
Kini tak jarang ummat Islam ikut menghadiri dan me-meriahkan acara-acara keagamaan orang Nasrani dan Yahudi serta agama-agama lain di luar Islam. Akhir-akhir ini pembauran antar ummat beragama telah dicetuskan dalam bentuk kerja sama ritual keagamaan, misalnya mengadakan doa bersama antara muslim dan non muslim, yang dipimpin oleh setiap tokoh agama yang berlainan, dan subhanallah, diamini oleh para hadirin yang berlainan agama pula. Strategi semacam ini diterapkan oleh orang-orang kafir untuk menampakkan kesungguhan untuk hidup rukun.
Mereka juga menghadiri acara-acara yang digelar oleh ummat Islam, seperti muktamar-muktamar Islam yang semesti-nya menjadi urusan intern ummat Islam. Rencana besar di balik itu semua, adalah ummat Islam bersedia pula menghadiri acara-acara keagamaan mereka. Dengan demikian ummat Islam menjadi murtad tanpa mereka sadari.
Allah telah memperingatkan dalam firman-Nya yang artinya:
”Katakanlah (Muhammad): ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku’… “  (Qs. Al Kafirun)
Gerakan pemurtadan ummat Islam dewasa ini dilakukan dengan gencar bahkan di hampir setiap kesempatan, selalu mereka tawarkan dan sodorkan dengan berbagai macam cara yang tidak disadari oleh ummat Islam. Langkah yang demikian ini dilakukan oleh musuh-musuh Islam karena mereka memahami sabda Nabi Muhammad r(yang artinya): “Barang-siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongan mereka.”
As-Syeikh Muhammad al-Hijaz al- Halabi dalam kitabnya Shaut al-Mimbar hal. 272 cetakan kedua, Dar Misra Litthiba’ah mengatakan: “Di antara penyebab kemurtadan, adalah berjalan menuju Gereja dengan para aktifis Gereja, dan  bersama-sama merayakan perayaan-perayaan mereka yang dilaksanakan di dalam Gereja, serta acara-acara kufur lainnya yang dilakukan (aktivis Gereja) dan ia duduk bersama mereka.”
 Sigit Arif Anggoro
TF UGM '12

No comments:

Post a Comment