3/15/2013

Ganti V-day dengan Hijab Day




14 Februari memang biasanya identik dengan perayaan V-day atau Valentine day yang dimaknai sebagai hari kasih sayang. Katanya sih, mengenang kematian santo Valentinus yang gugur sebagai martir (mati karena memperjuangkan cinta). Dari sini saja kita bisa tahu bila budaya V-day ini sebenarnya bukan dari umat Islam dan bisa mengarah pada tasyabuh yakni meniru-niru orang kafir. 
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka".(HR Abu Dawud). 
Biasanya budaya ini diwujudkan dengan ajang bagi-bagi coklat, kado, dan hadiah. Lantas kasih sayang yang seperti apa yang dipraktekkan di peringatan ini? Setuju atau tidak pada kenyataannya lebih mengarah pada kasih sayang antar pasangan. Dan yang menjadi masalah kebanyakan pasangan tersebut belum 'resmi', belum menikah atau bisa dikatakan berpacaran. Padahal pacaran sendiri jelas-jelas bertentangan dengan syariat dan banyak mudharatnya. Saya tidak perlu menjelaskannya di sini. Valentine day menjadi momen bagi kawula muda untuk menyatakan serta mengekspresikan kecintaannya pada pasangan (yang belum 'halal'). Hingga ujung-ujungnya maksiat lah yang marak terjadi di perayaan-perayaan ini. 

Inilah yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi umat Islam di seluruh dunia. Hingga pada akhirnya muncullah gerakan World Hijab Day (hari hijab sedunia) guna mengcounter budaya V-Day dan sekaligus mempromosikan hijab ke masyarakat dunia. Hijab selama ini masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat dunia, terutama oleh mereka yang islamophobi dan menghubungkan hijab dengan terorisme.
Selain mengcounter V-day gerakan ini sekaligus mencoba menghapuskan deskriminasi terhadap muslimah berhijab yang selama ini dilakukan. Juga untuk menunjukkan pada masyarakat dunia bahwa berhijab bukanlah suatu bentuk pelanggaran terhadap hak asasi seorang wanita. Namun berhijab justru suatu kebanggaan bagi muslimah dan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan terorisme. Di New York gerakan ini dicetuskan oleh seorang muslimah bernama Nazma Khan.
Gerakannya bertujuan untuk menganjurkan sebanyak mungkin wanita untuk mencoba berhijab (baik muslim maupun non muslim). Cara terbaik untuk memberitahukan bahwa hijab bukan suatu yang memberatkan adalah dengan membiarkan mereka mencobanya sendiri, ujar Khan. Gerakan yang semula dipromosikan lewat internet ini pun mendapat respon positif dari berbagai penjuru dunia. Bahkan banyak non-muslim yang turut berpartisipasi mencoba memakai hijab untuk beberapa hari sebagai respon terhadap gerakan Hijab day ini.
Adalah Jess Rhodes, non-muslim dari Norwich memutuskan untuk mengenakan hijab selama sebulan setelah mengetahui even ini dari internet. Dan inilah yang kemudian membuatnya tertarik mempelajari Qur’an dan kini telah bersyahadat dan menjadi seorang muallaf. Allohu Akbar! Gema hijab day pun terus menyebar ke penjuru dunia.
Muslim Pakistan mengkampanyekan 14 Februari sebagai hari hijab internasional guna mengcounter budaya Valentine yang dianggap tidak sesuai dengan Islam. Di Indonesia sendiri kampanya 14 Februari sebagai hari menutup aurat Internasional dilakukan di berbagai wilayah. Aksinya beragam, bisa dalam bentuk membuat spanduk, turun ke jalan-jalan, membagikan jilbab, sticker maupun sosialisasi wajibnya berhijab bagi setiap muslimah.
Di Jakarta, aksi damai Gerakan Menutup Aurat yang dipelopori Teachers Working Group (TWG) ini diikuti oleh beberapa komunitas seperti ITJ (Indonesia Tanpa JIL), Hijabers Community, Hijabographic, FSLDK se Jabodetabek. Selain di Jakarta aksi serupa juga diadakan di berbagai wilayah seperti di Bandung, Tangerang, Palembang, Sibolga, Bali, dana masih banyak lagi, hampir di setiap daerah di Indonesia bahkan hingga ke Malaysia. So, buat kamu sobat muslim semua mulai detik ini ganti budaya V-day dengan Hijab day!! Mudah-mudahan makin banyak yang dapat hidayah dan makin banyak yang mau menutup auratnya ^^
Sigit Arif Anggoro
TF UGM '12

No comments:

Post a Comment