3/16/2013

Mengapa ‘Harus’ Menulis??




Menulis merupakan suatu kegiatan yang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari peradaban umat manusia. Kehadirannya tak pelak menjadi suatu tolak ukur bagi kemajuan peradaban. Betapa tidak, dengan tulisan sejarah dapat direkam, dengan tulisan pengetahuan dapat disimpan, pesan dapat disampaikan, ide dapat disebar luaskan, dan masih banyak lagi.
Ingat dengan R.A. Kartini? Apa yang membuatnya begitu dikenal hingga kelahirannya diperingati sebagai hari Nasional? Setuju atau tidak, sedikit banyak beliau mulai dikenal dunia luas setelah menulis bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Dan luar biasanya idenya yang dituangkan dalam tulisan cepat sekali menyebar dan merubah paradigma masyarakat luas. Masih ingat dengan Karl Marx dan Adolf Hitler? Melalui tulisannya mereka mengubah sebagian dunia dan menimbulkan satu polemik yang mengguncang dunia (komunis dan naziisme). Sering sekali kita jumpai revolusi besar dari suatu masyarakat yang berawal dari munculnya tulisan/buku tokoh-tokoh di zamannya.
Sebenarnya dalam peradaban Islam pun budaya tulis-menulis telah mendarah daging dan berperan besar dalam memajukan peradaban umat. Ya, meskipun Rasulullah SAW sendiri ummiy(tidak dapat membaca dan menulis) namun bukan berarti islam menolak tulisan,  keummiyan Rasulullah SAW justru menjadi bukti kebenaran wahyu. Di antara sahabat-sahabat Rasulullah sendiri banyak yang menjadi penulis ulung yang berperan besar merekam kehidupan umat Islam di masa Rasulullah dan para shahabatnya.
Bila kita lihat di dalam sejarah periwayatan hadist misalnya, kita akan tercengang dengan kelengkapan dan validitas hadist-hadist yang dituliskan para ahli hadist. Bagaimana mungkin kehidupan seseorang bisa terekam sebegitu detailnya dengan tingkat keshahihan yang bisa dipertanggungjawabkan!? Satu ulama ahli hadist bisa mengumpulkan ratusan ribu hingga jutaan hadist!! Kemudian bila kita melihat di era Imam Madzhab, peran tulisan sangat mempengaruhi kebesaran dan kelestarian madzhab.
Seperti kita ketahui, sebenarnya madzhab di zaman itu tidak hanya ada empat. Namun yang membuat keempat madzhab besar bertahan adalah karena banyak murid-muridnya yang menuliskan kembali pemikiran-pemikiran sang Imam, dan ini diwariskan terus menerus hingga sekarang masih mampu bertahan. Imam syafi’i berkata “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan bila engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.”(Diwan asy-Syafi’i)
Di zaman itu banyak ulama-ulama yang menuliskan kitab yang tingkat keshahihannya tidak diragukan lagi dan muatannya pun berkualitas tinggi. Bahkan dikisahkan ketika itu, khalifah mengganti kitab-kitab yang mereka buat dengan emas  seberat kitab karangan mereka. Kitab-kitab tersebut yang kini masih dipelajari di pondok-pondok pesantren klasik. Inilah satu keajaiban lagi dari tulisan, dengan tulisan ilmu yang sudah beratus-ratus tahun masih bisa diwariskan, bahkan dengan pemahaman yang tidak banyak berubah.
Bila ilmu hanya disampaikan dari lisan ke lisan mungkin akan terjadi perbedaan yang sangat besar. Sedangkan tulisan itu tetap, dari tahun ke tahun pun tidak akan berubah (kecuali ada yang merubah) sehingga ilmu akan lebih mudah dan mampu disimpan dengan baik. Satu kelebihan lagi, tulisan mampu menyebar ke segenap penjuru, dapat dibaca kapan pun ia mau, dapat diulang-ulang dan ditelaah lagi di waktu yang lain.
Dengan kitab Ihya’nya(Imam Ghazali) , muncullah tokoh seperti Shalahuddin al Ayyubi yang membawakan kemenangan umat Islam dan mengembalikan Al-Quds ke tangan umat muslim dalam Perang Salib. Dengan tulisan, orang-orang seperti Yusuf Mansur, Salim A. Fillah, Ippho Right, Andrea Hirata mulai dikenal masyarakat luas dan banyak merubah paradigma mereka. Tak salah bila dikatakan “Pena lebih tajam dari mata pedang”. Dengan tulisan, seseorang mampu menaklukkan dunia,mengubah dan menguasai pemikiran masyarakatnya. Dahsyat!
Jadi mengapa tidak mulai menulis?? Ada yang beralasan “nulis bukan hobi saya!”
Hey, sejak kapan ente jauh dari tulis-menulis? Saat kuliah, dapat materi dari dosen kita tulis! Membuat laporan praktikum juga ‘harus’ nulis! Pengen ikut PKM juga ‘kudu’ nulis! Pengen lulus, bikin skripsi pun harus nulis! Nggak perlu jauh-jauh deh, ente buat status di fb pun sudah termasuk nulis! Jadi sejak kapan nggak bisa nulis???
Menulis bisa dikatakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu, apalagi di zaman yang informasi cepat sekali tersebar ini. Mereka yang menguasai tulis-menulis akan menguasai opini masyarakat. Ingat dengan trending topik pada twitter? Dengan menulis sedikit saja, seorang bisa menyalurkan idenya ke segenap penjuru dunia. Dahsyat!
Sudah selayaknya setiap individu melatih kemampuan menulisnya. Banyak-banyak membaca merupakan satu cara untuk meningkatkan kualitas tulisan. Bila sering membaca, otomatis referensi akan semakin luas, dan pilihan kata pun semakin beragam. Hampir kebanyakan mereka yang pandai menulis, di sisi lain juga merupakan pembaca yang gigih. Hal ini bisa dilihat dalam penerbitan buku, dalam satu buku sering kita jumpai di daftar pustaka terdapat banyak buku yang dijadikan referensi.  
Jadi, banyak-banyak baca dan tetap dilatih tulisannya..
Yuk belajar nulis!!!
Sigit Arif Anggoro
TF UGM ‘12


No comments:

Post a Comment