8/06/2013

Ramadhan Bulan Tarbiyah



Kehadiran bulan Ramadhan merupakan anugerah besar yang telah Allah berikan kepada umat manusia. Inilah bulan diturunkannya Qur’an, dilipatgandakannya pahala, dibukanya lebar-lebar pintu taubat, serta dibukanya pintu surga. Inilah kesempatan yang tepat untuk benar-benar bertaubat, inilah momen yang tepat untuk semakin mendekat kepada-Nya. Inilah bulan tarbiyah, dimana kita di’gembleng’ sebulan penuh untuk mengoptimalkan amal shalih dan menjauhi segala perbuatan yang tidak bermanfaat lebih-lebih maksiat. Banyak hal yang kita dapat ambil pelajaran dari kehadiran bulan Ramadhan ini.
Di bulan inilah kita dilatih untuk sabar. Mulai dari sabar menahan makan, minum dan segala perkara yang membatalkan dari terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Sabar untuk menjauhi segala hal yang bisa mengurangi pahala puasa. Sabar dalam memperbanyak amal-amal shalih, seperti memperbanyak tadarrus, sholat malam (tarawih), dan ibadah-ibadah lain yang pada umumnya tidak kita lakukan di bulan-bulan selain Ramadhan.
Semua orang yang beriman pasti diuji kesabarannya, tak terkecuali para Nabi dan Rosul, justru mereka yang paling berat ujiannya dan paling besar kesabarannya. Kualitas keimanan seseorang dapat dilihat sejauh mana ia mampu bersabar ketika diuji. Sedangkan sabar sendiri dibagi tiga, sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat dan sabar ketika ditimpa musibah. Tentu bila dibandingkan ujian para Nabi, perintah puasa sebulan penuh ini tidak ada apa-apanya, kesabaran yang dilakukan pun masih jauh dari kesabaran mereka dalam mengemban risalah.
Setidaknya ini memberikan gambaran, bahwa memang seorang muslim yang ingin mulia di akhiratnya harus mampu bersabar dalam segala hal di dunianya. Dunia ini bukan tujuan akhir, inilah sarana kita untuk menanam, beramal shalih, berjihad di jalan-Nya dan mencari keridhoan-Nya. Bagi seorang muslim lelah sebentar di dunia tidak menjadi masalah karena di akhirat nanti disempurnakan balasan atas segala amal shalihnya, lebih baik sabar sekarang daripada menyesal esok hari. Hanya dengan bersabar menempuh jalan-Nya inilah kita mampu meraih kebahagiaan sempurna di akhirat nanti.
Selain sabar kita juga belajar ikhlas di bulan ini. Karena di bulan inilah sebulan penuh kita puasa, sedang puasa itu sendiri tidak ada yang tahu kecuali kita dan Allah. Bahkan Allah sendiri yang menilai dan memberi pahala atas puasa kita. Bila kita mau mungkin kita bisa diam-diam membatalkan saat orang lain tak melihat. Namun nyatanya kita tetap bertahan meski tidak ada yang melihat karena memang puasa kita bukan sesuatu yang hendak dipamer-pamerkan melainkan hanya untuk Allah semata.
Di sinilah kita belajar muraqabah, merasa selalu diawasi oleh-Nya. Meskipun tidak ada yang melihat kita tetap menjaga puasa kita karena tahu Allah sendiri yang mengawasi kita dan akan menilai puasa kita. Di sinilah kita belajar ihsan, yakni engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, bila tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia(Allah) melihat kita.
Perasaan merasa selalu diawasi inilah yang begitu penting untuk dimiliki setiap insan. Karena dengannya lah kita akan tetap teguh berbuat benar meski tidak ada orang yang melihat. Dengannya lah kita tetap jujur dan tidak mencontek saat ujian meski tidak ada petugas yang melihat. Dengannya kita tetap jujur dan tidak korupsi ketika diberikan suatu amanah yang berkaitan dengan dana. Dengannya seorang pedagang tidak mengurangi timbangannya untuk mencari keuntungan secara curang. Semuanya tetap berbuat adil meski tidak ada yang melihat karena tahu sebenarnya Allah senantiasa melihat amal-amal kita.
Selain itu kita juga belajar untuk lebih peka di bulan Ramadhan ini. Dengan langsung merasakan laparnya hari-hari puasa kita harusnya sadar, betapa tidak mudahnya apa yang dirasakan mereka yang kekurangan. Kita berpuasa dari fajar hingga maghrib, lalu setelahnya bisa berbuka dengan makanan yang enak-enak? Namun bagaimana dengan kondisi mereka?
Mereka lapar karena memang tak ada yang bisa dimakan, pun kalau sudah bisa makan hanya makanan seadanya yang bisa mengganjal perutnya. Kita puasa hanya sebulan ini, sedang mereka berpuasa di bulan-bulan lainnya karena memang tak punya sesuatu untuk dimakan. Kita puasa justru menghamburkan banyak uang untuk sekedar berbuka, namun mereka di sana justru tidak terpikirkan. Sungguh puasa kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan penderitaan mereka di bulan-bulan lain.
Maka dari itulah setelah puasa disyariatkan zakat, supaya kita sadar dalam harta kita ada hak mereka yang membutuhkan. Di luar sana ada orang-orang yang masih membutuhkan uluran tangan kita. Harusnya kita mampu disadarkan dengan puasa ini, namun bila sampai akhir tidak sadar itu berarti kita masih kurang peka, kurang mampu menangkap hikmah-hikmah dibalik syariat puasa Ramadhan ini. Di sinilah kita diingatkan untuk lebih peka, membantu dan menyantuni yang kekurangan, bukannya menumpuk harta yang telah Allah berikan.
Begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari Ramadhan. Kita banyak berlatih di bulan ini, maka alangkah ruginya orang yang sudah dilatih namun masih belum mampu berubah. Alangkah ruginya yang tidak mampu mengambil pelajaran dan tidak mampu berubah setelah dididik di bulan Ramadhan. Semoga kita termasuk yang mampu mengambil pelajaran dan berubah lebih baik lagi pada hari-hari setelah Ramadhan. Keep istiqomah!
Wallohua’lam bisshowwab

No comments:

Post a Comment