11/19/2014

Di Balik Kemenangan PIMNAS 2014




Setelah menggemparkan dunia dengan formasi garudanya pada PPSMB PALAPA 2014, Universitas Gadjah Mada kembali menunjukkan keunggulannya dengan menjadi juara umum PIMNAS UNDIP 2014. Dari tujuh tim yang berangkat ke UNDIP kemarin 13 emas berhasil didapatkan kontingen UGM.
Di balik kemenangan PIMNAS kali ini tidak lepas dari peran pembinanya yang diantaranya adalah Dr. Eng. Herianto, S.T., M.Sc. Dosen di Jurusan Teknik Mesin dan Industri ini mulai aktif membina PKM semenjak tahun 2010, setelah pulang dari kuliah S3 nya di Tokyo.
Alumni Teknik Mesin angkatan 97 ini mengaku memilih untuk menjadi dosen karena ingin membantu mengembangkan potensi mahasiswa. Di masa kuliahnya dulu beliau tergolong aktif di kegiatan kemahasiswaan. Pernah tergabung dalam bidang penelitian BEM KMFT, tergabung di Mechanical Engineering Computer Club, di Paksima, bahkan pernah menjadi ketua BSO LPKTA (Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif) serta menjadi saksi sejarah berdirinya LPKTA. Beliau melanjutkan S2 di Manufacture University of Malaya dan melanjutkan S3 di IT Tokyo Institute of Technology. Sekarang beliau aktif membimbing di bidang robotika dan PKM.
“Mahasiswa ini sebenarnya hebat, hanya saja terkadang ‘wahana’nya yang kurang” ujar beliau.
 Untuk itulah beliau memilih untuk menjadi dosen ketimbang bekerja di perusahaan-perusahaan  agar bisa dekat dengan mahasiswa dan bisa membimbing mereka agar bisa lebih baik. Beliau merasakan sendiri bagaimana ketika dulu ingin berkembang dan melakukan banyak hal namun ‘wahana’nya masih sangat kurang sehingga terbatasi. Kini beliau ingin membantu mahasiswa menyalurkan ide-idenya yang belum sempat terealisasikan agar mahasiswa tidak memulai dari nol lagi.
Pada PIMNAS kemarin UGM mengirimkan 7 regu dengan 33 mahasiswa yang ikut bertanding. “Kebetulan semua bimbingan kami adalah muslim, yang putri berjilbab semua. Dan beberapa diantaranya rajin sholat malam dan puasa” tambah beliau. Karakter dari masing-masing mahasiswa bimbingannya memang berbeda-beda namun mayoritas cukup bagus agamanya.
Rumus 4 AS
Dalam membimbing mahasiswanya beliau menggunakan rumus  4 as, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Kerja keras sangat diperlukan namun itu saja belum cukup, perlu kerja cerdas artinya tahu mana yang harus dipilih. Selain itu perlu juga kerja tuntas, diperlukan totalitas dalam bekerja hingga akhir, tidak bisa setengah-setengah. Dan yang terakhir diperlukan ikhlas sampai tuntas, insya Allah nanti akan ada hasil yang didapatkan.
Pembimbingan dilakukan dengan bertemu mahasiswanya langsung secara berkala mulai dari sebulan sekali, dua minggu sekali hingga seminggu sekali. Mahasiswa sudah cukup akrab dengan beliau, suasananya sudah seperti teman dan keluarga sendiri jelas beliau.


F(x) = x + faktor x
Selain dengan rumus 4 as di atas beliau selalu mengajarkan rumus f(x) = x + faktor x. Dimana untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan “x”, yakni usaha yang kita lakukan, serta faktor x yakni takdir dan pertolongan Allah.
Jadi apa pun yang kita lakukan, baik kuliah, kerjaan, bila kita ingin meraih kesuksesan selain melakukan kerja “x” dan berusaha maksimal di sana, akan selalu ada faktor x. Sebesar apa pun x bila faktor x nilainya negatif hasilnya bisa menjadi kecil, bahkan bisa jadi nol hingga negatif pula. Untuk itulah setelah berusaha maksimal kita juga perlu bertawakkal agar mendapatkan hasil maksimal.
Dan yang demikian terbukti pada PIMNAS kemarin. Seperti dijelaskan di awal selain berusaha maksimal para peserta PIMNAS UGM juga selalu mengiringi usahanya dengan amalan-amalan ukhrawi, seperti sholat malam dan puasa. Bahkan beliau bercerita ada anak yang ketika hari-H justru memilih untuk berpuasa.
Walhasil, banyak sekali hal-hal “aneh” yang ditemukan disana. Ada yang sebenarnya  biasa-biasa saja,namun karena penampil yang lebih baik ada kesalahan atau terkena pelanggaran jadi kita bisa lebih unggul. Ada yang mendapat waktu presentasi di awal, sementara penguji lebih susah pertanyaannya pada sesi-sesi pertengahan hingga akhir sehingga kita bisa lebih lancar karena tidak dibebani pertanyaan yang serumit peserta lain.
“Semua kejadian ada hikmahnya sendiri, Allah memberikan yang terbaik”jelas beliau.
Kemudian untuk mahasiswa muslim sendiri beliau berpesan agar senantiasa melakukan yang terbaik. Saat ini islam menjadi sorotan, sebenarnya banyak yang baik-baik namun karena yang disorot yang jelek, islam pun jadi terlihat jelek. Untuk itu seharusnya kita menunjukkan kita bisa melakukan yang terbaik. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai dari sekarang.
Bila menjadi mahasiswa jadilah mahasiswa yang hebat. Bila diamanahi menjadi ketua BEM jadilah ketua BEM yang bagus, bila diamani jadi ketua KMT jadilah ketua KMT yang baik. Bila kita menunjukkan yang terbaik maka orang akan melihat kita, jangan langsung berpikir terlampau jauh memikirkan negara namun tidak melakukan apa pun untuk lingkungan sekitar kita.
“Bila kita langsung memikirkan negara apakah benar ide-ide kita akan dipakai? Mungkin benar akan dipakai tapi coba kalau kita bisa mewarnai terknik, mewarnai BEM,  HM/KM,  kelihatan. Nanti suatu saat anda akan dilirik di UGM, kalau anda di teknik bagus pasti akan dilirik di UGM otomatis akan terangkat sendiri. Daripada kita sibuk mengurusi yang diatas tapi bahkan di UGM sendiri kita tidak dikenal, di jurusan kita tidak dikenal”tambah beliau.
Beliau menekankan kembali, umat islam saat ini terus dipantau. Maka hendaknya kita menunjukkan performance terbaik kita, tunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan keagamaan tidak menghalangi kita untuk meraih kesuksesan bahkan mendorong kita untuk meraih kesuksesan.
(Sigit)

No comments:

Post a Comment