Masjid, tempat yang satu ini
memang tidak bisa dipisahkan dari umat islam dan tak pelak menjadi identitas
tersendiri bagi umat islam. Kehadirannya selain sebagai pemersatu umat juga
dapat difungsikan sebagai tempat pembentukan masyarakat islami. Bisa dalam
membangun ekoniomi ummat, pendidikan, militer dan banyak lagi, demikianlah yang
dilakukan di zaman Rasulullah dan para sahabat dahulu, sangat strategis
fungsnya.
Lihat saja, ketika awal Rasulullah
dan para sahabat hijrah ke Madinah, apa yang pertama kali dibangunnya? Masjid!
Ketika Sunan Ampel hendak menyebarkan islam di tanah Jawa, apa yang pertama
kali di bangunnya? Masjid! Begitu pula yang kita lihat di pusat-pusat kota atau
daerah sekitar alun-alun tak jarang kita temui masjid agung yang didirikan disana.
Hal ini mengindikasikan peran masjid yang begitu penting dalam pembentukan peradaban
ummat.
Sebenarnya, untuk saat ini saya
ingin membagi pengalaman saya, bagaimana bisa membiasakan diri untuk sholat
berjamaah di masjid. Lagi-lagi saya
berdo’a semoga ini bukan riya’ melainkan contoh yang baik(sunnatan hasanatan)
bagi teman-teman semuanya. Peran masjid memang sedemikian pentingnya bagi ummat
Islam. Tetapi bagaimana hendak membangun peradaban dari masjid bila kita umat
islam sendiri jarang ke masjid? Bahkan untuk sholat berjamaah di masjid saja
tak pernah! Lalu kapan hendak terbangun peradaban islam dengan segala
kemajuannya?
Awalnya saya dikejutkan dengan
satu buku di perpustakaan musholla Baitul Hikmah SMA N 1 Blora yang berjudulkan
“Mengapa harus Sholat Berjamaah?”. Dari judulnya langsung tertarik, heran,
memangnya sholat harus berjamaah ya? Karena sepengetahuan saya selama ini
sholat berjamaah hanya sebatas sunnah. Sepengetahan saya dulu hanya bila sholat
berjamaah mendapat pahala 27 derajat sedang bila sholat sendirian mendapat pahala
satu. Itulah mengapa saya merasa tenang-tenang saja dengan sholat
sendirian/munfarid.
Dalam buku tersebut diuraikan
dalil-dalil yang jelas sekali menunjukkan pentingnya sholat berjamaah di masjid(bagi
yang ikhwan tentunya). Mulai dari keutamaannya, hingga peringatan dari
Rasulullah SAW bagi siapa saja yang meninggalkannya. Juga dipaparkan bagaimana
pandanagan imam madzhab mengenai sholat berjamaah di Masjid. Sedangkan dalam iuraiannya
Imam Syafi’i sendiri meski tak mewajibkannya namun sangat menentang siapapun
dari pengikutnya untuk meninggalkan sholat berjamaah di masjid kecuali bagi
yang ada udzur.
Banyak sekali dalil-dalil
keutamaan sholat berjamaah yang baru saya ketahui setelah membaca buku ini.
Sebelumnya yang saya tahu hanya dalil tadi, sholat berjamaah dibanding biasa
pahalanya 27 kali lipat! Ternyata masih banyak yang lainnya, mulai dari naungan
Allah, disaksikan malaikat, bahkan hingga langkah kaki pun dihitung. “Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya
kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk
menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua
langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan
mengangkat derajat.” (HR. Muslim no. 1553)
Namun beginilah manusia, ketika
diiming-imingi dengan sesuatu yang belum kelihatan tidak langsung tertarik
untuk mengerjakannya. Hingga setelah tahu dalil-dalil yang menunjukkan ancaman
bagi yang meninggalkannya baru saya benar-benar “nekat” untuk mulai sholat
berjamaah di masjid. Seperti hadist dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata : Kalau begitu penuhilah (hadirilah)! . Bayangkan seorang buta saja yang tidak memiliki penunjuk jalan masih diminta untuk datang saat mendengar adzan lalu bagaimana dengan kita yang masih sehat ini? Juga mengenai tanda-tanda nifaq.“Shalat yang dirasakakan berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan subuh. Seandainya tahu pahala yang terdapat pada sholat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR Bukhari Muslim) Lihat disini, untuk sholat subuh dan isya’ yang memang pada dasarnya berat karena kondisinya malam hari dan tepat saat bangun mereka yang meninggalkan dikategorikan, afwan munafik. Lalu bagaimana bila meninggalkan sholat2 berjamaah lain yang idealnya lebih ringan dijalankan dari kedua sholat tadi?Wallohua'lam
Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata : Kalau begitu penuhilah (hadirilah)! . Bayangkan seorang buta saja yang tidak memiliki penunjuk jalan masih diminta untuk datang saat mendengar adzan lalu bagaimana dengan kita yang masih sehat ini? Juga mengenai tanda-tanda nifaq.“Shalat yang dirasakakan berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan subuh. Seandainya tahu pahala yang terdapat pada sholat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR Bukhari Muslim) Lihat disini, untuk sholat subuh dan isya’ yang memang pada dasarnya berat karena kondisinya malam hari dan tepat saat bangun mereka yang meninggalkan dikategorikan, afwan munafik. Lalu bagaimana bila meninggalkan sholat2 berjamaah lain yang idealnya lebih ringan dijalankan dari kedua sholat tadi?Wallohua'lam
Semenjak itu saya memberanikan
diri untuk memulai sholat di masjid. Memang awalnya malu, malu dilihat orang
lain, malu dilihat tetangga malu sama orang tu kok tiba-tiba anaknya jadi
sering ke masjid. Tapi semua rasa malu itu terkalahkan dengan rasa takut tergolong
orang fasiq karena tidak mengamalkan ilmu yang sudah di dapat dari buku tadi.
Mulai dari maghrib, yang semula tak pernah ke masjid lagi, lalu Shubuh yang
semula berat bangun, setelah tahu ancaman bagi yang meninggalkannya saya
paksakan diri untuk bangun lebih awal dari biasanya dan Alhamdulillah saat itu
bapak juga ke masjid jadi tak terlalu malu. Justru saat dzuhur dan ashar
terkadang malu sekali, karena di tempatku jarang ada orang yang dzuhur dan
ashar ke masjid. Tapi mengingat kata-kata dalam buku itu sekali lagi saya tahan
rasa malu ini.
Perlahan-lahan, dari hari ke hari
saya coba istiqomahkan 5 waktu di masjid. Memang awalnya berat, namun saat itulah
muncul kenikmatan tersendiri yang luar biasa besarnya.Entah bagaimana setelah
membiasakan ke masjid, saya mendaapat hikmah yang begitu besarnya, dan
merasakan kenikmatan yang luar biasa tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Saya sampai menyesali selama ni tidak pernah sholat di masjid.
Dari setiap langah, saat hendak
menuju masjid hanya Allah yang diingat. Saat itu kita tinggalkan rumah dan
segala kesibukan untuk berjalan menuju masjid dan memenuhi panggilanNya.
Rasanya seperti waktu berhenti berputar dan diingatkan kembali mengenai
kematian yang hakikatnya kita juga meninggalkan segala kekayaan dan sanak
keluarga untuk menghadap sang Pencipta. Allohu Akbar! Kita diingatkan, segala
kesibukan dunia ini sebenarnya bukanlah tujuan awal dari penciptaan kita. Kita
sadar tidak sepantasnya kesibukan dunia melalaikan kita dari memenuhi
panggilanNya (adzan) karena pada dasarnya tujuan hidup kita di dunia hanya
untuk beribadah kepadaNya. Maka bagaimana mungkin kita justru sibuk pada urusan
dunia di saat datang panggilan dariNya?
Saya sadar betapa harta dan
keluarga itu hanya titipan, seperti harta dan keluarga yang kita tinggal ke
masjid, seperti itu pulalah akan kita tinggalkan semua kenikmatan dunia di saat
kematian nanti. Maka nikmat yang sesungguhny adalah ketika kita bisa berpaling
kepadaNya, semakin mendekat kepadaNya, dan bisa meraih keridhoanNya. Saat itu
saya merasa sangat kecil, Maha Besarlah Tuhanku! Saya bersyukur diberi
kesempatan untuk mengenal masjid dan diistiiqomahkan berjamaah di dalamnya.
Saya bingung. Ya, bingung harus
seperti apa mengungkapkan apa yang saya rasakan. Hanya dengan mengalaminya
sendirilah engkau bisa mengetahui dengan pasti bagaimana nikmatnya sholat
berjamaah di masjid tepat waktu. Di saat kita memenangkan urusan Alloh di atas
segala urusan. Di saat kita meninggalkan segala kesibukan untuk Sang Pemberi
Kehidupan. Di saat kita berjalan dan hanya Alloh yang dijadikan tujuan!! Ahh.. Betapa
nikmatnya.. Andai saja setiap ikhwan bisa merasakan apa yang saya rasakan..
Bersambung
insyaAllah..
No comments:
Post a Comment