Iqro’ bismi robbikalladzii kholaq! Masih ingat dengan ayat ini? Ayat
pertama yang Allah wahyukan kepada nabi kita Muhammad SAW. Wahyu yang
diturunkan di Gua Hira. Disampaikan melalui Jibril a.s. ketika Rasulullah SAW
sedang bertafakkur disana.
Sudah menjadi kebiasaan Rasul sering
menyendiri, bertafakkur dan beribadah di gua hira. Beliau menghindar dari
kaumnya yang sudah melampaui batas. Bayi
perempuan dipendam hidup-hidup karena malu. Anak laki-laki dibunuh karena takut
miskin. Berhala-berhala dijadikan sesembahan. Kabilah-kabilah saling memerangi
antara satu dengan lainnya hanya karena hal-hal sepele.
Saat itulah Jibril a.s. mendatangi
beliau dan menyampaikan wahyu pertama. “Bacalah”! Ya, demikianlah bunyi wahyu
pertama. Rasul yang seorang ummy pun ketakutan. Dan tidak tahu apa yang harus
dibaca karena beliau tidak bisa membaca. Namun Jibril terus menyampaikan Bacalah!
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Kita manusia yang dikaruniai akal
ini diperintahkan untuk menggunakan akalnya untuk membaca zaman dan
lingkungannya. Namun bukan hanya membaca tetapi juga bismirobbikalladzii kholaq (dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan). Pijakan kita membaca adalah wahyu dari Robb kita, dengan tujuan
menambah keimanan dan semakin mendekatkan diri kepadaNya. Semua yang ada di
bumi dan langit ini telah dijadikan tanda-tanda akan keagungan kekuasaanNya
yang seharusnya membuat kita semakin tunduk dan takut kepadaNya, bukan malah
menjadikan sombong dan menjauh dariNya.
Ilmu
memang menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh agama kita ini (Islam). Sesuai
hadist yang telah mahsyur, dan umum didengar . Dari Anas bin Malik r.a.,
beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu adalah suatu fardu yang
wajib atas tiap-tiap seorang Islam.” (HR. Ibnu Majah).
Menuntut ilmu sudah menjadi
kewajiban bagi setiap muslim karena dengan ilmu itulah Allah hendak memuliakan
manusia di atas makhluk lainnya. Seperti dalam QS. Al-Mujaadilah
ayat 11 :“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”.
Untuk memfasilitasi perjuangan menuntut ilmu ini dibutuhkan suatu
sistem pendidikan yang berkualitas. Menurut KBBI pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.”
Proses, itulah intinya. Tidak sekedar
tahu, tidak sekedar pandai. Pendidkan adalah suatu proses panjang untuk memperbaiki dan mendewasakan diri. Suatu
proses yang terus harus dilakukan dari semenjak lahir hingga sampai ke liang
lahat.
Untuk mendukung proses panjang ini tentu
dibutuhkan figur seorang guru. Menagapa? Mungkin kita bisa belajar sendiri
dalam beberapa hal melalui pengalaman (try
end error). Namun ini akan menghabiskan waktu yang begitu panjang. Alangkah ruginya kita menghabiskan
tenaga untuk meneliti sesuatu yang telat diteliti ilmuwan lainnya. Tentu akan
lebih mudah bila kita belajar dari para pendahulu yang sudah menghabiskan
tenaganya untuk mengumpulkan ilmu tersebut.
Kehadiran guru yang telah lebih banyak
pengetahuannya dan lebih maju tentu di sisi lain bisa memberi motivasi tersendiri
bagi sang penuntut ilmu. Sang guru tentunya telah mengalami proses yang hampir
sama dengan muridnya. Telah jatuh bagun dalam usaha mencari ilmu. Itulah sebabnya
seorang guru bisa menjadi contoh bagi para siswanya dan memberi motibvasi
belajar bagi siswanya.
Dalam menyalurkan ilmu banyak sekali metode
pendidikan yang bisa dipakai. Terkadang bisa dengan membentuk satu majelis yang
di dalamnya ada satu pengajar dan ada banyak siswa. Bisa juga dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil halaqoh dengan
satu pendidik atau mentornya. Bisa juga dengan belajar privat pada satu guru.
Setiap metode tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Berhasilnya pendidikan merupakan kunci
kemajuan suatu peradaban. Bangsa Arab yang dahulu terkenal akan kejahiliahannya
setelah diutusnya rasul dan terus disampaikan risalah, maka tiba-tiba dapat
berubah menjadi bangsa yang beradab dan tiba-tiba mampu bersaing hingga
mengalahkan dua kekaisaran besar di zaman itu. Perhatian Islam sangat besar
pada pendidikan, sampai-sampai tawanan perang yang mampu mengajarkan baca-tulis
dibebaskan tanpa perlu membayar sepeser pun. Kecintaan pada imu inilah yang
membuat umat islam semakin kuat, maju dan memimpin peradaban dunia.
Seperti itulah yang kita lihat hingga di
masa-masa Abbasiyah muncul ilmuwan-ilmuwan muslim yang terkenal akan kepandaiannya
hingga sekarang. Seperti Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Kindi mereka adalah
ilmuwan-ilmuwan Muslim yang banyak memberikan pengaruh pada dunia. Karena
penguasaan ilmu inilah saat itu umat muslim sangat maju dengan peradabannya. Ketika
Eropa masih dalam masa kegelapannya, di negara muslim telah ditemui kemajuan
yang luar biasa, dari kedokteran, matematika, filsafat, sastra, arsitektur,
teknologi, eknonomi semuanya berkembang begitu pesat dan jauh meninggalkan
peradaban lainnya.
Lalu bagaimana jadinya bila pendidikan itu
dihilangkan? Tentu akan kita temui yang sebaliknya, bangsa itu akan menjadi
lemah dan mudah sekali untuk dikalahkan. Hal ini bisa kita lihat pada masa
penjajahan. Umat Islam tertindas bertahun-tahun karena ketinggalan jauh dari
sisi teknologi, diperparah lagi dengan
kebijakan penjajah yang menghentikan semua akses pendidikan dan membiarkan umat
islam Indonesia dalam kebodohan.
Dalam kebodohan umat islam tidak akan
mampu bangkit dan memberikan perlawanan pada penjajah. Namun kita lihat dalam
beberapa waktu perlawanan masih ada karena memang masih terdapat pendidikan
yang bertahan yakni dari kalangan pesantren yang dibina para ulama. Pesantren
inilah yang menjadi satu-satunya tempat pembentukan intelektual muslim yang berani
menentang penjajahan dan memberikan perlawanannya meskipun saat itu
persenjataan kurang. Melalui pesantrren inilah lahir pergerakan nasional hingaa
muncullah semangat merebut kemerdekaan dari para penjajah.
Dari kenyataan sejarah tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan
oleh setiap manusia. Pendidikan merupakan kunci majunya suatu peradaban. Bila
pendidikan maju, maka majulah bangsa itu. Sebaliknya bila pendidikan tidak
berjalan dengan baik maka kemunduranlah yang akan dihadapi. Namun yang paling
penting untuk diingat adalah tujuan dari pendidikan itu yang harus tetap
mengutamakan wahyu, tidak bertentangan dengan wahyu dan semakin menambah
ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah Subhana wa Ta’ala, bukan sebaliknya. Wallohua’lam bisshowwab
Sigit Arif
Anggoro