Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah الله kemudian
mereka meneguhkan (pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka
(seraya berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati
dan bergembiralah kamu dengan (mendapatkan) surga yang telah dijanjikan الله kepada
kamu (QS : Fushilat 30).
Sempat tersentak setelah mendengar
nasehat mas Musholli, mas’ul KMT(Keluarga Muslim Teknik) X4 dalam
sambutannya pada launching KMT X6 Sabtu, 12 Januari kemarin. “Ada dua tipe
orang yang menjadi aktivis dakwah kampus. Tipe pertama adalah orang yang
menjadikan dakwah sebagai aktivitasnya semata. Ia cukup senang bila waktunya
terisi dengan dakwah di kampus, “ ujar beliau.
Namun dakwahnya berhenti ketika ia sudah tidak menjadi pengurus organisasi dakwah tersebut. Ketika jadi pengurus, tampak keren
dengan jilbabnya yang gedhe-gedhe, baju muslim serta atribut-atribut lain yang
seakan ingin menyampaikan pesan “Isyhaduu bi anna muslimun”. Namun setelah
selesai masa tugasnya sebagai pengurus perlahan-lahan atribut-atribut tersebut
mulai ditinggalkan. Yang lebih parah lagi bila sampai idealisme yang dulu
dipegang teguh perlahan-lahan runtuh, dan mulai hidup seperti orang-orang
sekitarnya, kembali menjadi orang biasa.
Yang sering dhuha jadi
jarang-jarang dhuha. Yang dulunya sering tahajjud jadi tak pernah tahajjud,
parahnya lagi bila subuhnya mulai telat karena bangun kesiangan. Yang dulunya
‘gadhul bashar’(menjaga pandangan) jadi tak malu mendekati lawan jenis. Seakan-akan
tak pernah menjadi aktivis dakwah, semuanya izzahnya
hilang tak membekas.
Antum termasuk yang demikian?
Semoga tidak!!! Tipe kedua adalah yang benar-benar serius menjadikan dakwah ini
tujuan hidupnya. Setelah keluar dari organisasi dakwah yang satu, ia akan
beralih mencari ‘ladang amal’ yang lain. Berhenti jadi pengurus bukan berarti
berhenti berdakwah.
Bagaimana tidak, kita bukan
siapa-siapa. Kita bukan ‘veteran’ perang badar yang telah dijamin mendapat
ampunan serta surgaNya. Siapa yang bisa menjamin kita akan masuk surga? Padahal
cuma jadi ‘veteran’ organisasi dakwah yang kontribusi kita pun sangat kecil
bila dibanding perjuangan muslimin lain di medan jihad. Lalu siapa yang
menjamin kita akan selamat dari adzab pedihNya??
Bukankah amal itu dilihat dari
akhirnya?? Apalah artinya tampak ‘keren’ saat jadi aktivis dakwah, namun pada
akhirnya hanya jadi seperti orang biasanya dan membuang jauh-jauh semua
idealismenya. Memang tidak mudah untuk istiqomah. Sampai-sampai surat Hud
membuat Nabi SAW beruban(karena menyampaikan perintah beristiqomah).
Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar Sebagaimana diperintahkan kepadamu. (QS Hud 112)
Yaa ikhwah, jangan bangga bila ‘pernah’ menjadi aktivis dakwah! Yang
kita lakukan masih belum seberapa. Sudahkah kita merasa aman dari adzabNya yang
pedih? Bahkan seorang Umar r.a. saja menangis karena takut amalnya tidak
diterima. Lalu apa yang membuat diri ini merasa cukup beramal?
Yaa ikhwah, sadarlah dengan atau tanpa kehadiranmu gerbong dakwah akan tetap berjalan. Kemenangan itu pasti. Namun yang jadi pertanyaan apakah engkau terlibat di dalam perjuangannya? Atau justru mundur dan berbalik ke belakang?
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali..."(An Nahl 92)
Yaa ikhwah, sadarlah dengan atau tanpa kehadiranmu gerbong dakwah akan tetap berjalan. Kemenangan itu pasti. Namun yang jadi pertanyaan apakah engkau terlibat di dalam perjuangannya? Atau justru mundur dan berbalik ke belakang?
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali..."(An Nahl 92)
TF UGM ’12
No comments:
Post a Comment