14
Februari memang biasanya identik dengan perayaan V-day atau Valentine day yang
dimaknai sebagai hari kasih sayang. Katanya sih, mengenang kematian santo
Valentinus yang gugur sebagai martir (mati karena memperjuangkan cinta). Dari
sini saja kita bisa tahu bila budaya V-day ini sebenarnya bukan dari umat Islam
dan bisa mengarah pada tasyabuh yakni meniru-niru orang kafir.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka".(HR Abu Dawud).
Biasanya budaya ini diwujudkan dengan ajang bagi-bagi coklat, kado, dan hadiah. Lantas kasih sayang yang seperti apa yang dipraktekkan di peringatan ini? Setuju atau tidak pada kenyataannya lebih mengarah pada kasih sayang antar pasangan. Dan yang menjadi masalah kebanyakan pasangan tersebut belum 'resmi', belum menikah atau bisa dikatakan berpacaran. Padahal pacaran sendiri jelas-jelas bertentangan dengan syariat dan banyak mudharatnya. Saya tidak perlu menjelaskannya di sini. Valentine day menjadi momen bagi kawula muda untuk menyatakan serta mengekspresikan kecintaannya pada pasangan (yang belum 'halal'). Hingga ujung-ujungnya maksiat lah yang marak terjadi di perayaan-perayaan ini.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka".(HR Abu Dawud).
Biasanya budaya ini diwujudkan dengan ajang bagi-bagi coklat, kado, dan hadiah. Lantas kasih sayang yang seperti apa yang dipraktekkan di peringatan ini? Setuju atau tidak pada kenyataannya lebih mengarah pada kasih sayang antar pasangan. Dan yang menjadi masalah kebanyakan pasangan tersebut belum 'resmi', belum menikah atau bisa dikatakan berpacaran. Padahal pacaran sendiri jelas-jelas bertentangan dengan syariat dan banyak mudharatnya. Saya tidak perlu menjelaskannya di sini. Valentine day menjadi momen bagi kawula muda untuk menyatakan serta mengekspresikan kecintaannya pada pasangan (yang belum 'halal'). Hingga ujung-ujungnya maksiat lah yang marak terjadi di perayaan-perayaan ini.
Inilah
yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi umat Islam di seluruh dunia. Hingga
pada akhirnya muncullah gerakan World Hijab Day (hari hijab sedunia) guna mengcounter
budaya V-Day dan sekaligus mempromosikan hijab ke masyarakat dunia. Hijab
selama ini masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat dunia, terutama oleh
mereka yang islamophobi dan menghubungkan hijab dengan terorisme.
Selain
mengcounter V-day gerakan ini sekaligus mencoba menghapuskan deskriminasi
terhadap muslimah berhijab yang selama ini dilakukan. Juga untuk menunjukkan
pada masyarakat dunia bahwa berhijab bukanlah suatu bentuk pelanggaran terhadap
hak asasi seorang wanita. Namun berhijab justru suatu kebanggaan bagi muslimah
dan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan terorisme. Di New York gerakan
ini dicetuskan oleh seorang muslimah bernama Nazma Khan.
Gerakannya
bertujuan untuk menganjurkan sebanyak mungkin wanita untuk mencoba berhijab
(baik muslim maupun non muslim). Cara terbaik untuk memberitahukan bahwa hijab
bukan suatu yang memberatkan adalah dengan membiarkan mereka mencobanya sendiri,
ujar Khan. Gerakan yang semula dipromosikan lewat internet ini pun mendapat
respon positif dari berbagai penjuru dunia. Bahkan banyak non-muslim yang turut
berpartisipasi mencoba memakai hijab untuk beberapa hari sebagai respon terhadap
gerakan Hijab day ini.
Adalah
Jess Rhodes, non-muslim dari Norwich memutuskan untuk mengenakan hijab selama
sebulan setelah mengetahui even ini dari internet. Dan inilah yang kemudian
membuatnya tertarik mempelajari Qur’an dan kini telah bersyahadat dan menjadi
seorang muallaf. Allohu Akbar! Gema hijab day pun terus menyebar ke penjuru
dunia.
Muslim
Pakistan mengkampanyekan 14 Februari sebagai hari hijab internasional guna mengcounter budaya Valentine yang dianggap
tidak sesuai dengan Islam. Di Indonesia sendiri kampanya 14 Februari sebagai
hari menutup aurat Internasional dilakukan di berbagai wilayah. Aksinya
beragam, bisa dalam bentuk membuat spanduk, turun ke jalan-jalan, membagikan
jilbab, sticker maupun sosialisasi wajibnya berhijab bagi setiap muslimah.
Di
Jakarta, aksi damai Gerakan Menutup Aurat yang dipelopori Teachers Working
Group (TWG) ini diikuti oleh beberapa komunitas seperti ITJ (Indonesia Tanpa
JIL), Hijabers Community, Hijabographic, FSLDK se Jabodetabek. Selain di
Jakarta aksi serupa juga diadakan di berbagai wilayah seperti di Bandung,
Tangerang, Palembang, Sibolga, Bali, dana masih banyak lagi, hampir di setiap
daerah di Indonesia bahkan hingga ke Malaysia. So, buat kamu sobat muslim semua
mulai detik ini ganti budaya V-day dengan Hijab day!! Mudah-mudahan makin
banyak yang dapat hidayah dan makin banyak yang mau menutup auratnya ^^
Sigit Arif Anggoro
TF UGM '12
No comments:
Post a Comment