Setelah menggemparkan dunia dengan formasi garudanya pada
PPSMB PALAPA 2014, Universitas Gadjah Mada kembali menunjukkan keunggulannya
dengan menjadi juara umum PIMNAS UNDIP 2014. Dari tujuh tim yang berangkat ke
UNDIP kemarin 13 emas berhasil didapatkan kontingen UGM.
Di balik kemenangan PIMNAS kali ini tidak lepas dari peran
pembinanya yang diantaranya adalah Dr. Eng. Herianto, S.T., M.Sc. Dosen di
Jurusan Teknik Mesin dan Industri ini mulai aktif membina PKM semenjak tahun
2010, setelah pulang dari kuliah S3 nya di Tokyo.
Alumni Teknik Mesin angkatan 97 ini mengaku memilih untuk
menjadi dosen karena ingin membantu mengembangkan potensi mahasiswa. Di masa
kuliahnya dulu beliau tergolong aktif di kegiatan kemahasiswaan. Pernah
tergabung dalam bidang penelitian BEM KMFT, tergabung di Mechanical Engineering
Computer Club, di Paksima, bahkan pernah menjadi ketua BSO LPKTA (Lembaga
Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif) serta menjadi saksi sejarah berdirinya
LPKTA. Beliau melanjutkan S2 di Manufacture University of Malaya dan
melanjutkan S3 di IT Tokyo Institute of Technology. Sekarang beliau aktif
membimbing di bidang robotika dan PKM.
“Mahasiswa ini sebenarnya hebat, hanya saja terkadang ‘wahana’nya
yang kurang” ujar beliau.
Untuk itulah beliau memilih
untuk menjadi dosen ketimbang bekerja di perusahaan-perusahaan agar bisa dekat dengan mahasiswa dan bisa
membimbing mereka agar bisa lebih baik. Beliau merasakan sendiri bagaimana
ketika dulu ingin berkembang dan melakukan banyak hal namun ‘wahana’nya masih
sangat kurang sehingga terbatasi. Kini beliau ingin membantu mahasiswa
menyalurkan ide-idenya yang belum sempat terealisasikan agar mahasiswa tidak
memulai dari nol lagi.
Pada PIMNAS kemarin UGM mengirimkan 7 regu dengan 33 mahasiswa
yang ikut bertanding. “Kebetulan semua bimbingan kami adalah muslim, yang putri
berjilbab semua. Dan beberapa diantaranya rajin sholat malam dan puasa” tambah
beliau. Karakter dari masing-masing mahasiswa bimbingannya memang berbeda-beda
namun mayoritas cukup bagus agamanya.
Rumus 4 AS
Dalam membimbing mahasiswanya beliau menggunakan rumus 4 as, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas
dan kerja ikhlas. Kerja keras sangat diperlukan namun itu saja belum cukup,
perlu kerja cerdas artinya tahu mana yang harus dipilih. Selain itu perlu juga
kerja tuntas, diperlukan totalitas dalam bekerja hingga akhir, tidak bisa
setengah-setengah. Dan yang terakhir diperlukan ikhlas sampai tuntas, insya
Allah nanti akan ada hasil yang didapatkan.
Pembimbingan dilakukan dengan bertemu mahasiswanya langsung
secara berkala mulai dari sebulan sekali, dua minggu sekali hingga seminggu
sekali. Mahasiswa sudah cukup akrab dengan beliau, suasananya sudah seperti
teman dan keluarga sendiri jelas beliau.
F(x) = x + faktor x
Selain dengan rumus 4 as di atas beliau selalu mengajarkan
rumus f(x) = x + faktor x. Dimana untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan “x”,
yakni usaha yang kita lakukan, serta faktor x yakni takdir dan pertolongan
Allah.
Jadi apa pun yang kita lakukan, baik kuliah, kerjaan, bila
kita ingin meraih kesuksesan selain melakukan kerja “x” dan berusaha maksimal
di sana, akan selalu ada faktor x. Sebesar apa pun x bila faktor x nilainya negatif
hasilnya bisa menjadi kecil, bahkan bisa jadi nol hingga negatif pula. Untuk
itulah setelah berusaha maksimal kita juga perlu bertawakkal agar mendapatkan
hasil maksimal.
Dan yang demikian terbukti pada PIMNAS kemarin. Seperti
dijelaskan di awal selain berusaha maksimal para peserta PIMNAS UGM juga selalu
mengiringi usahanya dengan amalan-amalan ukhrawi, seperti sholat malam
dan puasa. Bahkan beliau bercerita ada anak yang ketika hari-H justru memilih
untuk berpuasa.
Walhasil, banyak sekali hal-hal “aneh” yang ditemukan
disana. Ada yang sebenarnya biasa-biasa
saja,namun karena penampil yang lebih baik ada kesalahan atau terkena
pelanggaran jadi kita bisa lebih unggul. Ada yang mendapat waktu presentasi di
awal, sementara penguji lebih susah pertanyaannya pada sesi-sesi pertengahan
hingga akhir sehingga kita bisa lebih lancar karena tidak dibebani pertanyaan
yang serumit peserta lain.
“Semua kejadian ada hikmahnya sendiri, Allah memberikan yang
terbaik”jelas beliau.
Kemudian untuk mahasiswa muslim sendiri beliau berpesan agar
senantiasa melakukan yang terbaik. Saat ini islam menjadi sorotan, sebenarnya
banyak yang baik-baik namun karena yang disorot yang jelek, islam pun jadi
terlihat jelek. Untuk itu seharusnya kita menunjukkan kita bisa melakukan yang
terbaik. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai dari sekarang.
Bila menjadi mahasiswa jadilah mahasiswa yang hebat. Bila
diamanahi menjadi ketua BEM jadilah ketua BEM yang bagus, bila diamani jadi
ketua KMT jadilah ketua KMT yang baik. Bila kita menunjukkan yang terbaik maka
orang akan melihat kita, jangan langsung berpikir terlampau jauh memikirkan
negara namun tidak melakukan apa pun untuk lingkungan sekitar kita.
“Bila kita langsung memikirkan negara apakah benar ide-ide
kita akan dipakai? Mungkin benar akan dipakai tapi coba kalau kita bisa
mewarnai terknik, mewarnai BEM, HM/KM, kelihatan. Nanti suatu saat anda akan dilirik
di UGM, kalau anda di teknik bagus pasti akan dilirik di UGM otomatis akan
terangkat sendiri. Daripada kita sibuk mengurusi yang diatas tapi bahkan di UGM
sendiri kita tidak dikenal, di jurusan kita tidak dikenal”tambah beliau.
Beliau menekankan kembali, umat islam saat ini terus
dipantau. Maka hendaknya kita menunjukkan performance terbaik kita,
tunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan keagamaan tidak menghalangi kita untuk meraih
kesuksesan bahkan mendorong kita untuk meraih kesuksesan.
(Sigit)
No comments:
Post a Comment