Ngapain sih
anak Teknik Fisika kerja di IT? Ngapain susah-susah belajar mekanika fluida,
termodinamika, perpindahan panas, persamaan differensial, kalua akhirnya cuma kerja
ngoding?
***
Selepas wisuda
pada November 2017, saya melamar pada beberapa perusahaan baik melalui laman ECC
UGM maupun melalui rekrutmen dari perusahaan yang diinformasikan secara
langsung. Beberapa kali mengikuti tes kerja dan selalu menemui kegagalan di
tahap interview user. Walhasil, waktu luang saya gunakan untuk tetap di Jogja,
mengajar di beberapa bimbel, melatih Pencak Silat anak-anak MTs pondok saya, melanjutkan ngaji,
memperdalam materi kuliah, sambil terus mencoba kesempatan bekerja di
Perusahaan.
Hingga pada
bulan Agustus waktu itu saya mendapatkan panggilan kerja di PT Xsis Mitra Utama,
salah satu anak perusahaan Equine Technologies Group yang bergerak di bidang
IT. Di waktu yang sama saat itu sebenarnya saya juga masih akan mengikuti tahap
akhir seleksi (wawancara user) di suatu perusahaan Sawit. Lalu kenapa saya memilih
Xsis?
Tentu saja ini
bukan pilihan yang mudah sebenarnya. Pertama, ini bukan bidang saya. Tentu saja
anak IT lebih expert di sana. Dengan background non IT tentu saya harus mulai
dari nol (meskipun tidak sepenuhnya, karena setidaknya pernah diberi materi pemrogramaan
dasar di kampus) untuk bisa mengikuti teman-teman saya. Kedua, saya yang telah
susah-susah mempelajari materi-materi kuliah seperti mekanika fluida, termodinamika,
perpindahan panas, persamaan differensial terpaksa tidak punya kesempatan untuk
mengembangkan lebih jauh ke ranah aplikasi di dunia pekerjaan sebagai seorang instrument engineer, sesuatu yang sebenarnya
masih bisa saya dapatkan bila bekerja di pabrik sawit.
Lalu kenapa
saya tetap memilih Xsis?
1.
1. Menepati Janji pada Mbak Hana
1. Menepati Janji pada Mbak Hana
“Selain di
Xsis saat ini sedang mengikuti seleksi di mana saja?”, tanya mbak Hana, salah
satu HRD Xsis yang waktu itu mewawancarai saya.
“Ada satu
perusahaan sawit mbak, minggu depan interview akhir dengan user”, jawab saya.
“Oh, berarti
sesuai bidangnya dong ya. Terus kalau ketrima semua mau diambil yang mana nih?”
“Ya yang paling
cepat memberi kepastian mbak. Saya sudah kelamaan nganggur jadi sudah tidak
pilih-pilih perusahaan lagi sekarang!” jawabku lugu.
Seperti kata Uzumaki
Naruto, seorang anak laki-laki harus menepati janjinya! Hehe. Walhasil, karena
Xsis lebih dulu mengumumkan diterimanya saya, saya langsung membatalkan keikutsertaan
saya di seleksi perusahaan sawit yang saya ceritakan sebelumnya, meskipun saya
tahu tentu bekerja di perusahaan sawit tersebut lebih bonavit dan lebih sesuai
bidang keilmuan saya. Pun ketika waktu itu ada lowongan baru dari PT Pertamina,
Pindad, Peruri, saya tidak tertarik untuk mengajukan lamaran.
Hingga ketika
di Jakarta pun, meski saya mendapat panggilan tes dari beberapa perusahaan yang
saya lamar sebelumnya (yang lebih sesui bidang keilmuan saya), atau ada
pembukaan CPNS saya tetap tidak tertarik untuk mengajukan lamaran. Saya tetap pada pendirian saya.
2.
2. Jalan Kesuksesan tidak Hanya Satu
2. Jalan Kesuksesan tidak Hanya Satu
Saya sepenuhnya
meyakini bahwa jalan kesuksesan itu tidak hanya satu. Tidak hanya dari jalur diterima
di perusahaan BUMN, menjadi PNS atau bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Dengan
modal kecerdasan yang Allah karuniakan kepada kita, dibarengi dengan semangat
untuk terus belajar dan terus menekuni bidang kita tentu kita akan mampu
menemukan kesuksesan. Lha wong yang
kerjanya latihan silat saja bisa dapat 1,5 M kok dari emas Asian Games kemarin!
It means dimulai dari mana pun, pada
akhirnya yang menentukan kesuksesan kita adalah kegigihan dan kesungguhan kita
dalam berproses dan meningkatkan prestasi kita. Terlambat memulai, atau memulai
dari jalur mana pun bila pada akhirnya kita mampu berprestasi tentu dunia akan
mengapresiasi pekerjaan kita.
3.
3. Teknik Fisika itu Fleksibel
3. Teknik Fisika itu Fleksibel
Mengatakan
bekerja di IT tidak sesuai dengan background Teknik Fisika sebenarnya bagi saya
tidak tepat-tepat amat. Karena sedari awal Teknik Fisika ini memang satu prodi
yang diciptakan untuk bisa fleksibel, luwes, mampu mengikuti kebutuhan di dunia
pekerjaan khususnya engineering. Bekerja di sawit pun sama saja, saya harus
memilih mendalami Mesin atau Elektro (karena tidak ada lowongan spesifik untuk
Teknik Fisika sebenarnya).
Pun sebenarnya
bekerja di bidang engineering lainnya tetap saja kita harus memulai dari awal
karena memang tidak diberikan secara mendalam di kampus. Yang diberikan pada
kami memang pemahaman yang sangat mendasar. Karena tentu saja pelajaran dasar
ini tidak akan berubah meski teknologi terus berkembang seberapa pun pesatnya. Selama
dasarnya kita kuasai, kita dapat mengembangkan teknologi yang baru, demikian
prinsipnya.
Jadi bisa
bekerja di IT itu justru menunjukkan aspek keluwesan lulusan Teknik Fisika itu
sendiri. Seorang sarjana Teknik Fisika bisa memilih untuk bekerja di bidang instrumentasi,
energi, fisika bangunan, elektro, mesin, kimia, IT, bahkan mungkin pekerjaan di
luar bidang engineering seperti marketing, jurnalisme, bisnis (hal yang sama yang
dimiliki semua jurusan). Namun dengan bekal pemahaman dasar matematika dan
fisika kita yang kuat, kita lebih mampu menyesuaikan diri dengan bidang pekerjaan
kita dan memiliki cara berfikir yang runtut dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
4.
4. Kolaborasi IT dan Fisika
4. Kolaborasi IT dan Fisika
Di minggu kedua
sharing session yang saya ikuti di
kantor langsat diangkat satu tema diskusi mengenai kolaborasi IT dan Fisika
yang dibawakan oleh seorang pembicara alumni Bootcamp yang memiliki background
program studi Fisika (saya lupa Namanya, kalau tidak salah mbak Ana). Meski
sedikit kecewa karena materi yang disampaikan oleh pemateri kurang mengena
menurut saya, saya tersenyum ketika Pak Rahmat (salah satu direktur Xsis)
meyakinkan pada kita bahwa sebenarnya masih banyak yang bisa kita gali lagi
untuk dikolaborasikan. Bila Pak Omet,
(panggilan akrab Pak Rahmat) yang tidak memiliki background Fisika saja punya
keyakinan mengapa saya yang anak Fisika sendiri tak berani untuk memimpikan hal
yang sama?
Skripsi saya
sendiri waktu itu merupakan bagian dari penelitian yang dikerjakan tim Insgreeb (Integrated Smart and Green Building),
yang memiliki visi untuk mewujudkan otomasi bangunan untuk mencapai kenyamanan
bangunan serta bangunan hijau (green building) yang ramah lingkungan.
Sebelum bisa
mengendalikan tentu pertama-tama harus bisa dilakukan sistem monitoring
terhadap kenyamanan serta konsumsi energi suatu bangunan. Tentu saja system monitoring
ini akan lebih menarik bila mampu diunggah secara online sehingga bisa diakses
siapa saja.
Kemudian untuk mendukung penghematan energi guna mewujudkan bangunan hijau diperlukan
pula sistem database yang mampu merekam data konsumsi listrik yang disumbangkan
oleh berbagai peralatan di dalam ruangan untuk kemudian dijadikan evaluasi bagi
manajer di bagian mana saja yang sebenarnya terjadi pemborosan yang tidak
perlu. Disinilah perlu adanya kolaborasi dengan bidang IT.
Ini satu contoh
saja. Sebenarnya saya yakin masih banyak sekali peluang kolaborasi yang bisa
dikembangkan, apalagi menyambut era industri 4.0 ini yang menuntut digitalisasi
di semua bidang. Tentu saja bila kita menguasai keduanya sekaligus (Fisika dan
IT) kita lebih berkesempatan untuk mengembangkannya dibandingkan yang hanya menguasai
salah satunya.
5.
5. Orang Tua
5. Orang Tua
Alasan terakhir
kenapa saya memilih bergabung di Xsis adalah karena orang tua. Sebagai anak
terakhir saya sebenarnya berat sekali meninggalkan Bapak dan Ibu saya di rumah.
Bapak saya adalah pensiunan guru, dan ibu saya ibu rumah tangga. Kakak pertama
saya, bekerja di Padang, sedangkan kakak kedua saya di Jogja, sehingga kedua orang
tua saya sekarang tentu tidak ditemani anak-cucunya di rumah.
Bila di perusahaan
sawit otomatis saya harus bekerja di luar Jawa (Sumatra atau Kalimantan). Seperti
kakak saya, tentu saja akibatnya adalah akan sangat susah untuk sewaktu-waktu
pulang ke rumah. Bila saya memilih berkarir di perusahaan sawit sangat kecil
kemungkinan untuk bisa kembali ke Jawa, atau harus memulai karir dari awal lagi
bila kemudian ingin bekerja di Pulau Jawa.
Berbeda dengan
di Xsis, di Jakarta, saya bisa sewaktu-waktu pulang ke rumah kami di Blora,
naik bus atau, kereta. Dan tentu saja selepas ikatan dinas 2 tahun di Xsis saya
masih ada peluang untuk mencari pekerjaan lain yang lebih dekat dengan kampung
halaman atau memilih berwirausaha. This
is the best deal I think for now!
Jadi buat kamu
baik sarjana Teknik Fisika atau bidang non IT lain yang merasa punya bekal logic yang cukup tak perlu ragu untuk
bergabung di Bootcamp Xsis Academy karena kamu akan diajari dari nol untuk menjadi
seorang IT Expert. See you on top
winners!
Info selengkapnya cek saja di http://xsis.co.id/
Jakarta, 7 Oktober 2018
Sigit Arif Anggoro
Teknik Fisika UGM ‘12
Xsis Bootcamp Batch 165
No comments:
Post a Comment